Kabel-kabel itu harus memiliki kekuatan tarik - untuk menahan peregangan - tidak kurang dari 7 gigapascal, menurut NASA.
Bahkan, badan antariksa AS meluncurkan kompetisi global pada tahun 2005 untuk mengembangkan materi seperti itu, dengan hadiah 2 juta dolar AS (Rp30 miliar) terlampir.
Tidak ada yang mengklaim hadiahnya.
Sekarang, tim Tsinghua, dipimpin oleh Wei Fei, seorang profesor di Departemen Teknik Kimia, mengatakan serat karbon nanotube terbaru mereka memiliki kekuatan tarik 80 gigapascal.
Karbon nanotube adalah molekul silindris yang terdiri dari atom karbon yang terhubung dalam bentuk heksagonal dengan diameter sekecil 1 nanometer.
Mereka memiliki kekuatan tarik tertinggi yang diketahui dari materi apa pun - secara teoritis hingga 300 gigapascals.
Tetapi untuk tujuan praktis, nanotube karbon ini harus terikat bersama dalam bentuk kabel, suatu proses yang sulit dan dapat mempengaruhi kekuatan keseluruhan dari produk akhir.
Menurut Wang, peneliti antariksa ruang angkasa, sistem transportasi akan membutuhkan lebih dari 30.000 km kabel, dan itu juga membutuhkan struktur lain seperti rel dan perisai untuk melindungi terhadap puing-puing ruang angkasa dan bahaya lingkungan lainnya.
"Jika kabel tidak cukup kuat, itu bahkan tidak akan mampu menopang beratnya sendiri. Hingga saat ini, belum ada material yang cukup kuat untuk melakukan pekerjaan itu," kata Wang, wakil direktur eksekutif Pusat Penelitian Sistem Antariksa Internasional China-Rusia.
Baca Juga : Cerita Astronot Pertama Malaysia Pergi ke Luar Angkasa Saat Bulan Puasa, Bagaimana Dia Beribadah?
Source | : | scmp.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR