Soekarno ketika itu sedang tidak ada di tempat. Padahal, Jumat 30 September Bung Karno sempat tampil di depan peserta Munas Tehnik di Istora Senayan. Setelah itu Bung Karno tak kembali ke Istana, melainkan memilih tinggal di Wisma Yaso.
***
1 OKTOBER 1965. Mayor Jenderal TNI Soeharto tampak serius di depan radio yang ada di markas Kostrad. Dari balik radio terdengar suara,
"Pada hari Kamis tangal 30 September 1965 di Ibu Kota Republik Indonesia Jakarta telah terjadi gerakan militer dalam Angkatan Darat dengan dibantu oleh pasukan-pasukan dari angkatan lainnya. Gerakan 30 September yang dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung..."
Mendengar nama Letkol Untung disebut, Soeharto sontak terkejut bukan kepalang.
"Saya mendengarkan siaran RRI pertama mengenai Gerakan 30 September. Deg… saya segera mendapat firasat. Lagi pula saya tahu siapa itu Letkol Untung. Saya ingat, dia seorang yang dekat, rapat dengan PKI. Malahan pernah jadi anak didik tokoh PKI Alimin," tutur Soeharto.
Menjelang tengah hari Soeharto bertemu dengan Marsekal Muda Leo Watimena yang sengaja datang ke Kostrad untuk meminta penjelasan.
Kepada Leo, Soeharto bercerita bahwa ia mengenal Untung sejak lama ketika menjadi salah satu Komandan Resimen 15 di Solo. Saat itu Untung menjadi salah satu Komandan Kompi Batalion 444.
"Gerakan 30 September yang dipimpin Untung bukan sekedar gerakan yang akan menghadapi Angkatan Darat (AD) dengan alasan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno. Gerakan untung mempunyai tujuan lebih jauh, ingin menguasai negara secara paksa atau kup," kata Soeharto.
Sebelumnya Soeharto juga sempat mengadakan rapat khusus bersama asisten-asistennya, beberapa jam setelah ia mendengar peristiwa itu dari RRI.
"Menghadapi kejadian ini, kita tidak hanya sekedar mencari keadilan, karena jenderal-jenderal kita telah diculik dan sebagian dibunuh, akan tetapi sebagai prajurit Sapta Marga, kita merasa terpanggil untuk menghadapi masalah ini karena yang terancam adalah negara dan Pancasila. Saya memutuskan untuk melawan mereka," jelas Soeharto.
Karena itu Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk segera bertindak, merebut kembali RRI dan pusat Telkom yang telah dikuasai pemberontak.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR