Advertorial

Suka Duka Bekerja di Alaska: Hukuman Kurungan Bila Menabrak Binatang yang Dilindungi

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Banyak wanita Indonesia yang ikut suami ke luar negeri. Namun, mungkin tidak banyak yang pergi ke Alaska.

Karmiasih menceritakan pengalamannya di Anchorage, tempat suaminya bertugas di sebuah perusahaan minyak. Kisahnya dimuat di Majalah Intisari edisi September 1990 yang lalu.

Kami tiba di Alaska tanggal 11 Januari 1990, pukul 14.30 waktu setempat, pas hujan salju dan suhu -25°C. Di Anchorage International Airport sudah ada yang menjemput dari kantor suami.

Udara dingin baru terasa ketika kami keluar menuju mobil. Padahal baju kami empat lapis. Dalam perjalanan menuju hotel rasanya ngeri melihat salju menutupi permukaan bumi.

Baca Juga : Hanya di Alaska, Ada Satu Kota yang Hampir Seluruh Warganya Tinggal di Gedung yang Sama

Sorenya orang-orang Indonesia dari kantor suami berdatangan. Suasana menjadi ramai. Ternyata saya tidak sendirian. Masih ada orang yang dapat diajak berkomunikasi.

Keesokan harinya, ketika suami mulai ke kantor, saya harus bebenah, karena keesokan harinya, kami akan menempati gedung baru. Di sebuah kompleks dengan empat gedung, kami memperoleh tempat di gedung 4 lantai 1.

Perabot rumah sudah lengkap, termasuk barang-barang elektronik. Peralatan yang belum kami tahu kegunaannya akan diterangkan, sedangkan kalau ada yang rusak tinggal menghubungi teknisi kantor gedung.

Keamanan di gedung juga cukup terjamin. Pintu luar pakai kode nomor. Setiap dua bulan sekali nomornya diubah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan. Biasanya dua minggu sebelum kode pintu diubah, kami diberi tahu.

Baca Juga : Bertemu Namun Tak Bersatu, Fenomena Alam Unik dari Dua Air Laut di Teluk Alaska

Bila ada tamu, mereka harus menelepon kami dulu dari bawah. Dari layar TV kami dapat melihat siapa orang yang datang itu. Kalau itu memang tamu kami, maka kami tinggal memencet tombol di telepon untuk membukakan pintu. Kalau orang itu mencurigakan, telepon ditutup saja. Otomatis dia tidak bisa masuk.

Tempat parkir terletak di bawah gedung, sehingga kami tidak perlu membersihkan salju sebelum pergi. Namun, di mobil harus selalu tersedia pembersih salju seperti sikat.

Bila di tengah jalan kaca tertutup salju, kita harus menepi atau turun pada waktu lampu merah untuk membersihkannya. Kalau tidak, bisa berbahaya.

Mengendarai mobil selama hujan salju tidak enak. Orang harus super hati-hati. Kecepatan tidak bisa lebih dari 30 mil (± 50,8 km) per jam, karena kalau di depan kita ada mobil berhenti mendadak bisa terjadi tabrakan beruntun.

Baca Juga : Ternyata, Ini Alasan Dua Air Laut yang Bertemu di Teluk Alaska Tidak Menyatu

Tidak aneh kalau sampai ada 25 mobil saling bertabrakan, karena jalan begitu licin sehingga biar sudah direm, mobil tetap meluncur.

Kecelakaan juga bisa terjadi kalau binatang asli Alaska melintasi jalan. Misalnya kalau moose (rusa besar) atau beruang menyeberang jalan, kita harus mengerem dan banting setir. Soalnya, binatang-binatang ini dilindungi dan dibiarkan hidup berdampingan dengan rumah penduduk.

Bila kita sampai membunuh atau mencelakakan binatang ini, hukumannya kurungan. Binatang ini tidak galak, kalau tidak diganggu. Namun, kalau kita mencoba-coba menganggunya, kita sendiri yang akan celaka.

Paling tidak enak, kalau ada badai salju. Otomatis kita tidak bisa ke mana-mana. Selain salju yang turun terus-menerus, angin yang kencang dapat menumbangkan pohon atau membalikkan mobil.

Baca Juga : Setelah Jakarta, Kini Giliran Alaska yang Alami Gempa, bahkan Peringatan Tsunami Sempat Dinyalakan

Namun, sebelum hal itu terjadi, biasanya akan ada pengumuman melalui TV, radio atau media masa sehari sebelumnya. Jadi kita bisa bersiap-siap.

Andaikata kita terpaksa keluar karena sesuatu yang sangat penting, di mobil harus dipersiapkan bahan makanan, obat-obatan dan selimut. Kalau-kalau mobil terjebak dan tidak bisa maju atau mundur. Pertolongan baru akan datang setelah badai salju itu mereda.

Kami mendapat fasilitas mobil dari kantor suami. Kami menyewanya di Anchorage International Airport dengan sistem setiap bulan diperpanjang. Mobil bisa kita pilih sendiri, kebanyakan buatan Jepang. Sebetulnya kalau kita tinggal di Alaska lebih dari setahun, lebih baik membeli mobil baru.

Sayangnya, fasilitas bermain di gedung tidak ada. Anak-anak mulai bosan di dalam rumah terus. Untuk menghilangkan kebosanan, mereka diajak ke bawah main perosotan dari salju atau lempar-lemparan bola salju.

Baca Juga : Bukan dengan KTP, Remaja di Alaska Tunjukkan Kedewasaan dengan Membunuh Seekor Paus Sepanjang 17 Meter

Namun, itu tidak bisa berlangsung lama. Biar kami sudah memakai baju rangkap empat, topi dan sarung tangan, bukan jaminan bisa tahan di luar lebih dari satu jam.

Kalau ingin mencari fasilitas enak dan nyaman, anak-anak kami bawa ke Diamond Center. Di situ ada pertokoan, restoran, kegiatan olahraga untuk anak-anak maupun orang tua.

Sebetulnya taman bermain atau olahraga juga banyak, tetapi masih tertutup salju. Pernah anak-anak kami bawa ke sana, tetapi mereka hanya kuat bermain selama beberapa menit.

Baca Juga : Misteri Tsunami Alaska Akhirnya Terpecahkan Setelah 50 Tahun

Selain kedinginan, angin juga kencang. Biarpun demikian mereka setiap kali tetap minta diajak ke taman. Soalnya, di rumah mereka hanya bisa belajar, menonton TV yang tidak banyak mengeluarkan energi. Di taman mereka bisa meloncat-loncat, berlari-lari.

Tahun ini anak pertama kami sudah waktunya masuk sekolah. Tahun ajaran baru dimulai awal bulan Agustus. Pendaftaran dari SD - SMTA dimulai awal bulan Mei. Sekolah di sini gratis, bus antar-jemput dan buku-buku disediakan.

Jadi untuk anak-anak kami tinggal menyediakan sandang dan pangan saja. Pakaian sekolah bebas. Mereka masuk pukul 07.30 dan pulang pukul 14.30. Ini berlaku untuk murid SD - SMTA. Anak-anak juga tidak banyak mengalami kesulitan bahasa.

Baca Juga : Gara-gara Kalajengking Masuk Kabin, Pesawat Alaska Airlines Gagal Lepas Landas

Artikel Terkait