Advertorial
Intisari-Online.com -Begich Towers atau lebih dikenal sebagai BTI mungkin terlihat seperti bangunan biasa.
Namun, kenyataannya, gedung ini dihuni oleh 75 persen dari seluruh penduduk kota yang berjumlah 200 orang dan menyediakan hampir semua kebutuhan penting kota tersebut.
Lantai pertama saja memberikan sebagian fungsi dasar kota. Departemen polisi di belakang salah satu pintu, sementara kantor pos di belakang pintu lain.
Berjalan sedikit lebih jauh menyusuri lorong, Anda akan menemukan kantor kota serta Kozy Korner, toko kelontong lokal.
Baca Juga : Ronggowarsito, Pujangga Keraton Surakarta Ini Sudah Meramalkan Hari Kematiannya
Gedung ini berada di Whittier, Alaska, Amerika Utara. Hanya ada satu jalur terowongan sebagai akses untuk menuju dan keluar Whittier.
Dua gedung terbesar di Whittier adalah Gedung Buckner dan Begich Towers. Keduanya dibangun di bangun dari Perang Dunia II bersama dengan kereta api terkemuka.
Proyek tersebut menghabiskan dana 55 juta dollar AS atau Rp 743,2 miliar yang berfungsi sebagi markas tentara militer terjauh di perbatasan saat Perang Dingin.
Baca Juga : Selama ini Ternyata Kita Keliru, Mata Uang China Bukan Yuan Namanya
Buckner ditinggalkan tujuh tahun setelah konstruksinya selesai. Tentara militer menyadari dengan cepat bahwa mereka tidak punya waktu jika pos berjauhan.
Sejumlah bangunan lainnya yang mengisi lanskap adalah sebuah gimnasium militer besar yang sekarang digunakan sebagai penyimpanan perahu.
Selain itu, ada pula sebuah penginapan yang memiliki tempat pencucian, bar, dan restoran.
Seorang penulis dan fotografer Jen Kinney tinggal di Whittier selama beberapa tahun dan terpesona oleh sebuah kota yang berstruktur fisik aneh namun memiliki efek mendalam pada struktur sosial juga.
Baca Juga : Larangan Menikah di Bulan Suro Bukan Hanya tentang Buang Sial, tapi Ada Maksud Lain di Baliknya
"Ini benar-benar tempat yang paling berpusat pada komunitas yang pernah saya tinggali dalam hidup saya," kata Jen Kinney.
Meski demikian, pada saat yang sama, karena begitu dekat dengan semua orang, Kinney mengaku sering merasa sesak. Ketika dikelilingi oleh semua tetangga, ia juga merasa sangat terisolasi.
"Sulit untuk membayangkan mengapa ada yang ingin tinggal di lingkungan dengan bertemu orang itu-itu saja," kata Kinney. (Arimbi Ramadhiani)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "75 Persen Penduduk Kota Ini Tinggal dalam Satu Atap".
Baca Juga : Shezy Idris Gugat Cerai Suami: Ini 8 Alasan Utama Istri Ingin Menceraikan Suaminya