Advertorial
Intisari-Online.com - Seorang remaja bernama Chris Apassingok (16) dari kawasan terpencil Gambel, Alaska, lolos ujian untuk menunjukkan dirinya sebagai pria dewasa hukan dengan memiliki KTP melainkan setelah berhasil membunuh seekor ikan paus sepanjang 17 meter.
Membunuh ikan paus untuk dikonsumsi memang merupakan mata pencaharian warga desa Gambel yang sudah berlangsung selama ratusan tahun dan berlangsung secara turun temurun.
Untuk menunjukkan seorang anak-anak laki-laki sudah memasuki masa akil balik dengan cara membunuh ikan paus juga telah menjadi tradisi turun temurun dan menjadi kebanggaan warga desa Gambel.
Paus kepala busur yang berhasil dibunuh oleh Chris pun kemudian dipotong-potong dan dagingnya dibagikan ke warga Gambel dengan penuh rasa suka cita.
(Baca juga:Mengapa Dua Air Laut yang Bertemu di Teluk Alaska Tidak Menyatu?)
Tapi sewaktu Chis memamerkan foto dirinya di depan paus raksasa yang telah berhasil dibunuhnya dengan cara ditembak menggunakan senapan bertombak (Harpoon) ke media sosial kecaman pedas langsung berdatangan.
Kecaman paling keras datang dari komunitas pelindung dan pecinta ikan paus tingkat dunia, Sea Sheperd Conservation Society di bawah pimpinan Paul Watson.
Para pengikut Paul Watson bahkan ada yang melontarkan ancaman pembunuhan terhadap Chris.
Selama ini Sea Sheperd Conservation Society memang telah gigih mengkampanyekan larangan pembunuhan paus mengingat populasinya yang makin langka.
Namun kehidupan di Gambel yang sumber daya alamnya sangat terbatas masih sulit untuk menghentikan perburuan terhadap ikan paus yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
(Baca juga: Misteri Tsunami Alaska Akhirnya Terpecahkan Setelah 50 Tahun)
Untuk mencegah punahnya ikan paus akibat tradisi perburuan itu, memang sudah dibentuk organisasi bernama Alaska Eskimo Whaling Commission yang bertujuan mengatur perburuan paus tiap tahunnya.
Salah satu aturannya ikan paus yang boleh dibunuh adalah yang sudah memiliki bobot 600 hingga 1000 ton.