Untuk mengerjakan PR dari sekolah, biasanya dilakukan Saka di sela menunggu tumpangan mobil di PLBN Entikong atau saat tiba di rumah.
Terkadang Saka juga mengerjakan PR pada malam hari ketika kedua adiknya sudah tidur. Saka mengerjakan PR dibantu dan ditemani kedua orangtuanya secara bergantian.
Baca Juga : Waspada! 6 Gejala Serangan Jantung ini Hanya Terjadi pada Wanita, Salah Satunya Sakit Perut
Harapan ayah untuk Nursaka
“Saya ingin Saka kelak bisa menjadi orang, entah itu pegawai negeri, biar gak seperti bapaknya yang petani menumpang di tempat orang,” ucap Darsono, Rabu malam saat Kompas.com menginap di rumahnya.
Bagi Darsono, masa depan ada di tangan anak-anaknya sehingga dia selalu bertekad bagaimana pun caranya, Nursaka harus tetap bersekolah.
“Kehidupan kami di sini sudah susah. Bertani menumpang kebun punya orang. Di Entikong pun kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Jadi bagaimana pun saya upayakan Saka harus bisa tetap sekolah di tempat kita sendiri, di Indonesia,” katanya.
Keseharian Nursaka yang tiap hari bolak-balik untuk bersekolah melintasi perbatasan bukannya tak menjadi bahan pemikiran bagi Darsono.
Dia berharap, kelak apabila sudah terkumpul uang dan bisa memiliki lahan di Entikong, bisa kembali ke Indonesia dan pulang memboyong keluarganya.
“Supaya tidak was-was lagi setiap hari Saka berangkat ke sekolah ditumpangkan (menumpang) kendaraan orang menuju PLBN Entikong.”
“Kalau berangkat kita kenal orang yang ditumpangkan, tapi kalau pulang sekolah kan dia sendiri, dicarikan tumpangan sama om-om (petugas imigrasi dan polisi),” ungkap Darsono.
Apabila hingga pukul 02.00 waktu setempat Saka belum tiba di rumah, maka sang ayah akan menyusulnya ke PLBN Entikong.
“Saya khawatir kalau sampai jam segitu dia belum pulang ke rumah, saya cari dan susul sampai ketemu. Karena biasanya pukul 01.30 sudah tiba di rumah,” ungkap Darsono. (Yohanes Kurnia Irawan)
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Keseharian Bocah Nursaka, Sekolah di Indonesia lalu Bantu Ayah Cari Kaleng Bekas di Malaysia (3)")
Baca Juga : Kekerasan adalah Penghambat Tumbuh-Kembang Bangsa, Bisakah Indonesia Mengatasinya?
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR