Naik pangkat lewat KKN
Baca Juga : HUT DKI Jakarta Ke-491: Kala Senayan Masih Jadi Kampung Betawi dan Tebet Masih Berupa Hutan Belukar
Walaupun membosankan, seorang pegawai pemerintah tidak berani tidak hadir di pesta atasannya. Absen ke perjamuan bisa mengalangi ia naik pangkat. Istri atasannya bisa mempengaruhi nasibnya. Kalau istri bos tidak berkenan pada istri anak buah suaminya, jangan harap anak buah itu bisa meniti jenjang karier.
Pegawai pemerintah yang ingin naik pangkat memang tidak bisa cuma mengandalkan kepandaian dan prestasinya, tapi juga latar belakang keluarganya dan “keterampilan khusus". Umpamanya saja, kalau bosnya doyan makan enak, mungkin dia perlu mengantarkan pate-de-foiegras (makanan mahal dari Prancis yang dibuat dari hati unggas) dan anggur burgundy.
Kalau bosnya bangga betul pada putrinya, maka berbahagialah dia yang pandai berdansa dan rajin meminta anak bos berdansa dengannya di pesta-pesta. Kalau bos keranjingan main kartu, beruntunglah dia yang pandai dan tahan meladeni bos main kartu dalam pertemuan-pertemuan di rumah bos.
Semua hari besar yang berkenaan dengan bos sebaiknya diingat baik-baik. Kalau perlu, catatannya ditempel di kaca rias supaya jangan luput dari ingatan. Pada hari itu, begitu lonceng berbunyi tujuh kali di sore hari, buru-buru sajalah berangkat ke rumah bos.
Baca Juga : Jakarta Diprediksi Jadi Kota Pertama di Dunia yang akan Tenggelam, Begini Penjelasannya
Bagi pendatang baru, birokrasi seperti itu tentu saja sangat menyebalkan, tapi lama-kelamaan mereka jadi terbiasa.
Namun, setinggi apa pun pangkat pejabat pemerintah di Jawa, ia mesti pandai menahan diri, sebab kalau ia kembali ke Den Haag, ia cuma akan menjadi sekadar Meneer Jansen atau Meneer Smit, bukan residen lagi. Lagi pula teman sepergaulannya di Jawa bukan cuma pejabat.
Belanda yang sudah lama di Jawa, sikapnya lebih luwes daripada Belanda "baru". Bungalow di Batavia yang terbuka, yang dinaungi pohon-pohon tinggi, rupanya mencairkan kekakuan yang terbentuk dalam rumah-rumah keluarga yang seperti benteng abad XVII di sepanjang Heerengracht di Amsterdam.
Hidup di luar rumah
Baca Juga : Potret Perjuangan Pasukan Oranye: Berjibaku Dengan Sampah, Demi Kali Jakarta yang Indah
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR