Intisari-Online.com - Demi menghindari peperangan yang melibatkan persenjataan nuklir, Presiden AS Donald Trump sebenarnya berinisitaif menemui pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un untuk berunding.
(Baca juga: Entah Sampai atau Tidak, AS Sudah Siapkan Cara Jitu Menghadapi Serangan Nuklir Korut)
Trump bahkan merasa terhormat jika bisa bertemu pemimpin Korut yang oleh para politikus AS dijuluki sebagai “satu-satunya orang gemuk di Korut” itu.
Tapi di tengah keinginan Trump bertemu Kim Jong Un untuk menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea secara damai, militer AS malah mengirim pesawat pengebom nuklir B1-B Lancer ke Korsel.
Pesawat pengebom nuklir yang bisa terbang sejauh 12.000 km itu dapat membawa lebih dari 24 bom nuklir sehingga menjadi salah satu pesawat tempur yang paling mematikan di dunia.
(Baca juga: Uji Coba Rudal Tunjukkan bahwa Korut Sangat Ingin Berperang, tapi AS Justru Ingin Berbisnis)
Kehadiran pesawat BI-B yang kemudian berlatih terbang tempur bersama jet-jet tempur Korsel sejatinya untuk menggertak dan menakut-nakuti Korut.
Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Korut ternyata tidak takut dan menuduh Presiden Trump sebagai orang gila perang.
Kim Jong Un sendiri menuduh AS sedang mempersiapkan serangan dadakan (pre emptive) ke Korut mengingat militer AS dan Korsel telah menggelar semua persenjataan canggihnya.
(Baca juga: Yang Memanas Hubungan AS-Korsel vs Korut, kok Indonesia Ikut-ikutan Repot?)
Namun Kim Jong Un juga mengeluarkan ancaman serangan yang dilancarkan AS ke Korut akan langsung dibalas menggunakan senjata nuklir.
Dilihat dari sikap keras kepala Kim Jong Un yang sama sekali tidak menunjukan rasa takut sedikit pun terhadap AS, tampaknya pemimpin Korut yang sudah terlanjur berang ini akan sulit diajak berunding oleh Trump.
Apalagi Trump sendiri malah membuat blunder yang bersifat fatal.
Maunya mengajak berunding Kim Jong Un kok malah menyiagakan pesawat pengebom nuklir yang bisa terbang di atas udara Korea Utara dalam hitungan menit.
Mirip gaya cowboy Amerika yang mengajak berunding tapi masih menyandang pistol di pinggangnya.