Uji Coba Rudal Tunjukkan bahwa Korut Sangat Ingin Berperang, tapi AS Justru Ingin Berbisnis

Moh Habib Asyhad

Editor

Korut sangat ingin berperang
Korut sangat ingin berperang

Intisari-Online.com -Sebenarnya, hingga saat ini, hanya satu negara dunia ketiga yang berani terang-terangan melawan AS untuk berperang, Korea Utara.

Belum lama ini, Korut kembali meluncurkn rudal jelajah yang ke -75. Tapi menurut pengamat militer AS dan Korsel yang selalu memantau Korut, rudal itu gagal meluncur.

Rudal hanya meluncur dan jatuh di wilayah Korut dan fungsinya sebagai rudal jelajah malah menjadi semacam senjata makan tuan karena “merudal wilayahnya sendiri”.

(Baca juga:Menyeramkan! Pesawat Kiriman CIA Ini Sering Terbang di Langit Indonesia Tanpa Pernah Terdeteksi)

Rudal jelajah seharusnya bisa meluncur meninggalkan Korut lalu jatuh di lautan yang menjadi zona ekonomi Jepang atau kawasan perairan yang diklaim milik China.

Soal otoritas meluncurkan rudal di Korut, secara komando hanya Kim Jong Un-lah yang berhak memberi perintah.

Bahkan kalau Korut mau meluncurkan rudal ke sasaran militer AS di kawasan Asia-Pasifik atau menghajar Korsel, Kim tinggal memberi perintah dan militer Korut akan menjalankannya dengan penuh loyalitas dan kepatuhan.

Oleh karena itu sepak terjang pemimpin Korut yang masih berusia 33 tahun itu, dan tipe orang yang sulit diprediksi ini, memang sangat berbahaya.

Pasalnya Kim Jong Un bisa memerintahkan militernya untuk meluncurkan rudal kapan saja ia mau. Tanpa meminta pertimbangan lembaga lain mengingat sifat kepemimpinan Korut yang sangat otoriter.

Kim Jong Un
Sebaliknya bagi Presiden AS Donald Trump, yang sudah cukup lama dipusingkan oleh sepak terjang Kim, yang oleh para politikus AS dijuluki ‘’bocah gendut yang nakal itu’’, untuk melakukan serangan miiliter ke Korut, harus melalui berbagai lembaga.

Untuk menembakan satu rudal saja ke Korut, Trump harus membutuhkan persetujuan dari Kongres AS, Pentagon, brifing di Gedung Putih, melobi China, latihan militer dengan Korsel, Jepang, dan lainnya.

(Baca juga:Agar Tak Gosong Hingga Cegah Kemungkinan Terseret Arus, Inilah 7 Tips Liburan ke Pantai)

Bahkan “secara konyol” naluri binis Trump tetap jalan dalam krisis di Semenanjung Korea.

Ketika militer AS sudah menggelar sistem pertahanan udara antirudal Terminal High Altitude Area Defense(THAAD) di Korsel, Trump memaksa Korsel untuk membeli sejumlah THAAD yang satu unitnya berharga 1 miliar dolar AS.

Pemerintah Korsel yang sedang stres menghadapi sepak terjang Korut tentu saja malah gusar dan tidak mau membeli THAAD yang harganya sangat mahal itu.

Maka kemudian muncul pertanyaan: Di Semenanjung Korea, Amerika Serikat sebenarnya ingin berperang atau berbisnis sih?