Intisari-Online.com -Meski beda keratin, hubungan antara Ki Hajar Dewantara dan Sultan Hamengkubuwana IX ternyata sangat akrab. HB IX, bahkan merupakan anggota Yayasan Sarjawan Wiyata yang didirikan Ki Hajar.
Meski demikian, bagi beberapa orang, hubungan keduanya dianggap membingungkan. Kok mau HB IX mau jadi “anak buah” Ki Hajar?
(Baca juga:Ki Hajar Dewantara, Waktu Kecil Kerap Berkelahi dengan Sinyo, eh Pas Besar Dibuang ke Belanda)
Bagaimanapun juga, Ki Hajar Dewantara, yang dulu bernama RM Suwardi Surjaningrat, adalah bangsawan dari Keraton Paku Alam—biasa disebut Pura Paku Alaman.
Menurut sejarahnya, Keraton Paku Alam didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai “keraton bayangan” yang membuat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat tidak berkenan.
Namun berdasar Babad Tanah Jawa, baik Sultan HB IX dan Ki Hajar Dewantara sama-sama dilahirkan dari ide filsafat “Satria Pandita” yang melambangkan “Satria pembela kebenaran”.
Maka menjadi tidak aneh jika Sultan HBIX maupun Ki Hajar merasa sama-sama sederajat dan mendapat panggilan serta kewajiban untuk saling bekerja sama.
Sultan HB IX yang mengenyam pendidikan Belanda hingga nyaris meraih gelar sarjana hukum sangat menghormati sekaligus menghargai Ki Hajar Dewantara.
Hal itu disebabkan kegigihan Ki Hajar untuk mencerdaskan bangsa melalui lembaga pendidikan.
(Baca juga:Hardiknas: Cara Maman Suherman Jadi Provokator Minat Baca Buku di Tengah Gempuran Gadget)
Ketika istri Ki Hajar Dewantara meninggal, Sultan HB IX bahkan mengantarkan jenazah dari Pendopo Agung Taman Siswa hingga ke pemakaman keluarga Taman Siswa meskipun harus berjalan kaki sejauh 2.5 km.
Hal yang demikian itu bahkan tidak pernah terjadi walaupun yang meninggal adalah ibu Sultan HB IX sendiri.