“Cucu” Ki Hajar Berjuang Bersenjatakan Gedung

Rusman Nurjaman

Editor

?Cucu? Ki Hajar Berjuang Bersenjatakan Gedung
?Cucu? Ki Hajar Berjuang Bersenjatakan Gedung

Intisari-Online.com -Antarina SF. Amir, Direktur Eksekutif HighScope Indonesia, mulai fokus menekuni pendidikan sejak dia pulang belajar di Amerika Serikat, tahun 1988. Berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dia peroleh di negeri Paman Sam membuat dia “ngeh” dengan adanya sistem pendidikan yang berbeda. Beruntung, dia menemukan HighScope, sekolah yang dianggapnya memiliki semangat kreativitas seperti yang diusung dalam lirik lagu Harry Chapin. Ia pun menyekolahkan anaknya yang saat itu masih usia prasekolah ke sekolah tersebut. Namun, setelah satu tahun sekolah yang perizinannya dipegang orang Singapura itu tutup. Antarina gusar. Ia memutuskan untuk membuka sendiri sekolah High Scope di Indonesia tahun 1996. Di awal, dia ikut mengajar dan melatih calon pengajar. Pandangannya tentang pendidikan menjadi lebih terbuka lagi. Karena harus fokus, mantan konsultan dan pengajar di beberapa perguruan tinggi ini melepas pekerjaan lain satu-satu, kecuali pekerjaannya sebagai dosen di FE UI. Selanjutnya, dia konsentrasi membangun sekolah. Belakangan, dia mengetahui bahwa sistem pendidikan yang sedang diperjuangkannya lewat HighScope Indonesia sejalan dengan gagasan pendidikan Ki Hajar Dewantara, eyangnya.

Semangat Antarina pun kian membuncah. Dia lalu mulai belajar mendalami lagi konsep pendidikan eyangnya itu. Hal yang paling menginspirasinya adalah tulisan Ki Hajar berjudul “Seandainya saya seorang Belanda”. Keberanian Ki Hajar berpidato seperti itu menambah kekaguman Antarina. “Saya pikir, kalau Ki Hajar saja berani melawan penjajah hingga dibuang ke negeri Belanda, mengapa saya harus takut memperjuangkan perubahan sistem pendidikan di negeri ini,” terang perempuan mantan pegiat Education Forum ini. Bersenjatakan gedung

Tekad Antarina kian kuat. Dia memutuskan untuk terus melanjutkan pengembangan sekolah yang dirintisnya. Namun di awal, perjalanan Antarina membangun High Scope Indonesia terbilang tak mudah. Selain upayanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, ia juga ditinggal ketiga temannya yang dulu ikut mendirikan sekolah. Mereka beralih ke kesibukan lain. Akan tetapi berkat bantuan dari berbagai jaringan yang dimiliki dan suami tercinta, High Scope mengalami perkembangan pesat dalam rentang 15 tahun ini. Kini, sekolahnya sudah memiliki gedung sendiri di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. “Jika Ki Hajar melawan penjajah dengan angkat pena, saya berjuang dengan gedung (sekolah). Sebab, semenjak mendirikan gedung sekolah, orang mulai mendengar dan memperhatikan gagasan saya soal pendidikan,” ungkap istri Faried Amir ini, bangga. Kelas yang dibuka pun beragam, mulai dari prasekolah hingga sekolah menengah atas. Di beberapa kota besar, ia juga membuka cabang baru.