Intisari-Online.com - Di tengah banjirnya informasi melalui dunia internet yang bisa diakses menggunakan peralatan berupa gadget maka produk informasi berupa koran kertas dan buku mulai ditinggalkan.
Minat baca kepada buku pun mengalami penurunan secara drastis.
(Baca juga: Demi Tingkatkan Minat Baca, Pasangan Suami-Istri Ini Menyulap Angkot Jadi Perpustakaan)
Dunia pendidikan Indonesia termasuk yang paling prihatin atas turunnya minat baca buku terutama di kalangan para pelajar dan mahasiswa.
Turunnya atau hilangnya minat baca kepada buku bisa berakibat pada generasi muda yang kurang berpikir analistis.
Pasalnya informasi atau pengetahuan yang diperolehnya sebatas bersifat instan dan sepotong-sepotong.
(Baca juga: 9 Cara Menyenangkan Kembangkan Minat Baca Anak)
Keprihatinan itu termasuk yang dipikirkan oleh Maman Suherman penggerak minat baca dan menulis (literalisasi) sekaligus sosok yang dikenal pula sebagai kreator berbagai acara televisi.
Dengan gigih Maman Suherman yang mantan wartawan itu berkeliling ke seluruh Indonesia untuk menggerakan program literalisasi ke tempat-tempat yang tidak umum.
Tidak umum karena dia kerap menyambangi Lembaga Pemasyarakatan, pangkalan perahu para nelayan, terminal bus, dan lainnya untuk mengerakan minat baca.
Maman bergaul akrab dengan para narapidana, para buruh yang bekerja di terminal, para nelayan, para supir angkot, tukang becak, para pengasong , dan kalangan marjinal lainnya untuk menumbuhkan minat baca.
Namun pria berkepala plonthos yang gemar mengampanyekan kata-kata “Baca-Iqra-Read (bersahabat dengan) Buku” tak mau menyebut dirinya aktivis literalisasi.
Ia hanya mau disebut sebagai provokator kegiatan tebar-virus-literalisasi di mana pun agar masyarakat luas mau membaca buku.