Latihan mental bukan metode instan, melainkan harus dilakukan selangkah demi selangkah dan terus-menerus.
Syaratnya, bermain dengan santai, penuh semangat, dan tepat. Gerakan yang dilatih harus sudah dipahami dan dipraktekkan dengan tepat pada saat bertanding.
Tujuannya menguasai gerak secara optimal sebagai persyaratan untuk mencapai keadaan flow.
Kadang-kadang atlet terbantu dengan cara ini. Misalnya, saat Gabriela Sabatini mengalahkan Steffi Graf di Flushing Meadow dan memenangkan gelar grand slam-nya yang pertama.
Padahal beberapa bulan sebelumnya, Sabatini tampak pesimistis dan tidak bergairah. Prestasinya yang tak terduga itu merupakan hasil kerja samanya dengan Jim Loehr, yang sudah ratusan jam mengamati tenis lewat video.
Loehr berkesimpulan, perbedaan terbesar antara pemain terbaik dengan pemain lain bukan pada saat perpindahan bola; melainkan pada saat istirahat. Pemain-pemain top jauh lebih baik kondisinya karena pada saat istirahat mereka santai dan siap untuk berkonsentrasi pada game berikutnya. Rasa percaya diri mereka tetap kuat walau hasil perpindahan bola mereka jelek.
"Gerakan tubuh dipengaruhi oleh pikiran," ujar Loehr.
Emosi atlet tercermin pada gerakan tubuh: kalau dalam otak sang atlet sudah ada pikiran bakal kalah, ia akan tercekam rasa takut dan kikuk, lalu nadinya berdenyut kencang, otot-ototnya menjadi tegang, pembuluh darahnya menyempit.
Semua itu akan berakibat (buruk) pada prestasinya. Mereka yang berpikiran negatif tidak bisa bermain dengan baik. Ini memang bagaikan lingkaran setan. Jalan keluarnya bukan bermain dengan ngotot, karena ketegangan memperburuk kontrol motorik yang halus.
Menurut Loehr, permainan yang baik dan terkonsentrasi merupakan hasil alamiah dari keyakinan dan perasaan yang positif. "Atlet top meningkatkan kemampuan untuk menghadapi stres sehingga mereka boleh disebut ahli mengendalikan mental," kata Loehr.
Banyak juga atlet yang sudah mengembangkan trik ini secara intuitif. Jurgen Kolende, mantan penyelam top, selalu berkonsentrasi di pinggir kolam sebelum bertanding. Ia berdiri dan membenamkan diri di pinggir kolam.
Hal ini juga dilakukan oleh para pencari mutiara di Asia Timur. Sebelum menyelam/mereka duduk selama beberapa menit dengan mata terpejam dalam perahunya. Mereka melakukan itu tanpa ada yang mengajarkannya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR