Termasuk di antaranya biofeedback dan metode sugestif, semacam hipnotis yang sering dianggap sebagai “doping kejiwaan”.
Berdasarkan pengalaman, banyak atlet yang gagal karena pada saat yang menentukan mereka bukan memikirkan gerakan yang seharusnya mereka lakukan, melainkan memikirkan konsekuensinya.
Dalam situasi sulit, sering kali pelatih menasihati anak asuhnya untuk melakukan apa yang harus dan tidak harus dikonsentrasikan, karena mereka tidak mungkin berkonsentrasi pada dua hal sekaligus.
Siapa yang berkonsentrasi pada masalah A tidak dapat memikirkan masalah B pada saat yang sama.
Usaha untuk tetap berkonsentrasi bisa dilakukan dengan melakukan monolog atau berkomunikasi dengan diri sendiri. Semakin besar "gangguannya", semakin intensif-monolognya.
Menurut penelitian versi AS, atlet yang berhasil ' berbeda dengan beberapa teman sejawatnya yang kurang berhasil karena inti monolognya. Siapa yang mampu berbicara positif pada dirinya akan berhasil, sedangkan yang ragu-ragu akan gagal.
Seorang petualang yang mengarungi Samudera Atlantik dengan perahu tak bermotor menuliskan pengalamannya, bahwa monolog mampu mengubah segalanya sebelum orang menyerah.
"Kandasnya sebuah kapal membuat jiwa dan raga kita pasrah. Monolog merupakan strategi yang bisa membantu agar, misalnya, orang tetap waspada di tengah kejenuhan, memotivasi diri dengan memuji diri sendiri, dan meringankan pekerjaan yang sulit."
Pengendalian perhatian dan monolog adalah tindakan mental seperti halnya latihan autogen atau latihan peregangan otot.
Pengertian latihan mental dalam hal ini sebenarnya tidak sama dengan latihan mental pada umumnya, melainkan suatu metode yang definisinya: gambaran gerakan yang terencana dan dilakukan berulang-ulang yang sudah terekam dalam otak kita tanpa kita melakukannya.
Gambaran ini secara sadar ataupun tidak menentukan gerakan kita. Gerakan ini disesuaikan dengan gambaran yang diinginkan.
Masalahnya bukan mewujudkan prestasi maksimal secara tiba-tiba di luar kemampuan yang sebenarnya, tapi mengembangkan prestasi yang realistis.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR