Advertorial
Intisari-Online.com- Meskipun gunung dan sedimen yang membentuk permukaan pelangi ini sudah ada sejak ribuan tahun silam, gunung pelangi Peru baru ditemukan sekitar lima tahun yang lalu.
Jauh di jantung Pegunungan Andes Peru, ada pegunungan cantik yang menarik mata.
Hal itu dikarenakan warnanya, gunung dilapisi dengan lapisan berarna merah, oranye, kuning, dan biru kehijauan.
Kecantikan itu kemudian membuatnya dosebut sebagai gunung pelangi dan segera menjadi tujuan wisata yang semakin populer bagi para pendaki.
Gunung Pelangi
Yang membedakan gunung ini dengan yang lainnya pastilah rangkaian warna-warnanya yang menyala.
Hal ini dikarenakan lokasinya yang terletak di rantai gunung berapi yang membentang di sepanjang tepi lempeng tektonik Amerika Selatan dan Nazca.
Baca Juga:BMKG: Pusat Gempa Lombok Terjadi di Lereng Gunung Rinjani dan Ada Aktivitas Patahan
Ini sekaligus menandakan bahwa gunung kaya akan mineral langka.
Setiap warna di gunung berasal dari mineral yang berbeda.
Misalnya saja lapisan merah menunjukan karat oksida besi, sedangkan oranye dan kuning menunjukkan sulfida besi.
Warna biru kehijauan berasal dari klorit yang kadang menjadi hijau, namun saat bertemu dengan kuning akan memunculkan warna biru turquoise yang cemerlang.
Setelah mengalami pelapukan dan erosi selama bertahun-tahun barulah gunung 'negeri dongeng' ini tersingkap.
Bahkan, menurut penduduk setempat, daerah itu dulunya tertutup salju.
Baru belakangan ini salju meleleh dan menampakkan pelangi di bawahnya.
Santos Machacca, seorang emandu wisata berkata bahwa pemanasan global telah menyebabkan es mencair, dan menyebabkan kemunculan gunung pelangi.
Baca Juga:55 Kali Lolos dari Upaya Pembunuhan, Beginilah Kelincahan Mantan Kolonel yang Jadi Raja Albania
Sejak saat itu, pariwisata telah berkembang pesat.
Jalur khusus pun sedang dibangun untuk membantu menjaga lanskap agar tetap alami.
"Anda dapat merasakan udara murni dan melupakan segalanya di sini," kata Machacca.
Dia juga menambahkan bahwa orang pergi ke Gunung Pelangi untuk bernapas dan menyembuhkan diri.
Baca Juga:Inilah Peter Freuchen, Petualang yang Menggunakan Kotoran Bekunya sebagai Belati!