Pada tahun 2009 dia memiliki dua pekerja dan di tahun 2010 bertambah hingga lima orang. Hingga kini Asep memiliki total 14 pekerja, yakni sembilan orang yang bekerja di bengkel produksinya dan sisanya bekerja di rumah mereka masing-masing.
(Empat Pelajaran Bisnis dari Starbucks Ini akan Menjadikan Kita Pebisnis Jempolan)
Asep mengaku memiliki kelebihan desain produk yang lebih kreatif dibanding produk gerabah lainnya. Pria berusia 35 tahun ini memiliki idealisme tersendiri untuk bisa membuat gerabah yang berbeda dari lainnya. "Saya suka gaya desain berornamen yang banyak dengan memiliki detil yang banyak dari hasil ilustrasi produk nyata seperti tambang, pita, ikat pinggang dan lainnya," katanya.
Selain memiliki desain yang unik, kualitas bahan baku dan produk pun terus dia jaga agar bisa tetap bertahan dalam persaingan. Itu sebabnya, hingga kini Asep mengaku tidak terlalu sulit mencari pasar untuk memasarkan produknya.
Dia memiliki sejumlah langganan dari beberapa daerah seperti Puncak, Jakarta dan Bandung. Pria yang memiliki dua anak ini juga kerap mengikuti pameran yang diadakan oleh pemerintah daerah untuk mencari pembeli.
Dalam setahun saya bisa mengikuti pameran dua sampai tiga kali di Jakarta seperti Pameran Inacraft. "Biasanya saya bergabung dengan paman," ujarnya.
Sekali pameran dengan durasi lima hari sampai seminggu, dia bisa mendapat omzet Rp3 juta-Rp4 juta per hari. Di luar itu, saban bulan Asep bisa meraup omzet sekitar Rp30 juta dari berjualan gerabah.
Kapasitas produksinya sekitar 1.500-2.000 pieces per bulan. Jika dihitung-hitung dengan pemasukan dari pameran seminggu ditambah penjualan ritel maupun grosir, Asep bisa meraup omzet Rp58 juta.
Harga jual produknya beragam, mulai dari pot kecil seharga Rp5.000 per unit hingga pot bunga setinggi 1 meter (m) dengan diameter 60 sentimeter (cm) seharga Rp2,5 juta per unit.
Ketika KONTAN menyambangi workshop-nya yang terletak tak jauh dari pusat Litbang Koperasi UKM Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Purwakarta, beberapa pekerja sedang menyelesaikan pesanan ratusan suvenir tanah liat untuk wisuda mahasiswa. Produk ini akan dikirim ke Jakarta.
Menurutnya, berbisnis gerabah adalah bagaimana membuat produk yang inovatif sehingga bisa meningkatkan nilai jual. Produk yang sedang tren di pasar dia coba buat dengan berbagai inovasi dan kreasi dari segi bentuk dan warna sehingga bisa dia jual lebih tinggi dari harga pasaran.
Dan saat ini dia lebih banyak berkompromi dengan idealismenya sendiri. Agar perputaran modal bisa cepat berjalan, Asep lebih banyak membuat gerabah yang komersial ketimbang produk yang produksinya butuh waktu lama karena mengedepankan keahlian lebih tinggi lantaran banyak ornamen di dalamnya.
Source | : | kontan.co.id |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR