Pembela Hak-hak Muslim Myanmar Itu Ditembak Tepat di Kepalanya Sepulang dari Jakarta

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Ko Ni, pembela hak-hak muslim Myanmar
Ko Ni, pembela hak-hak muslim Myanmar

Intisari-Online.com -Dunia HAM kembali berduka. Ko Ni, pembela hak-hak muslim Myanmar itu ditembak tepat di kepalanya tak lama setelah tiba di bandara Yangon, Minggu (29/1). Ia baru saja melakukan perjalanan dari Indonesia.

(Aung San Su Kyi Dikritik oleh Dalai Lama tentang Isu Rohingya)

Ko Ni edang menunggu taksi di pelataran bandara Yanggon, sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Tiba-tiba, muncul seseorang yang menambaknya hingga tewas. Seorang supir taksi yang sempat berupaya mencegah pelaku melarikan diri juga ditembak dan menderita cidera, sebelum kemudian tewas.

Kini, tersangka penembak sudah ditangkap, namun belum ada rincian tentang motif serangan mematikan itu. Kementerian Informasi Myanmar mengatakan tersangka bernama Kyi Lin, seorang pria berusia 53 tahun dari Mandalay.

Nama Ko Ni tidak asing bagi mereka yang getol bersinggungan dengan isu-isu kemanusiaan. Ko Ni adalah salah seorang tokoh Muslim ternama di negara yang mayoritasnya beragama Buddha tersebut.

Ia dikenal sebagai pegiat mahasiswa pada masa pergolakan melawan rezim militer tahun 1988, dan pernah menjadi tahanan politik. Setelah bebas, selain menjadi pengacara, dia juga menjabat sebagai penasihat di NLD.

Meski demikian, ia terus mengkritik partai pimpinan Aung San Suu Kyi itu karena tidak menempatkan calon anggota parlemen beragama Islam dalam pemilihan umum 2015. Belum lamaini, Ko Ni turut membantu mendirikan Asosiasi Pengacara Muslim Myanmar dan menyuarakan perlunya perlindungan hak-hak warga Muslim.

Tak hanya itu, Ko Ni juga mendirikan firma hukum, Laurel Law Firm bersama dua pengacara lainnya tahun 1995. Mantan Ketua Jaringan Penasehat Hukum Myanmar, Kyee Mynt—yang dekat dengan Ko Ni—menegaskan bahwa Myanmar kehilangan “wajah demokrasi”-nya.

“Merupakan kehilangan besar bagi kami bahwa Ko Ni tewas dibunuh. Dia adalah wajah demokrasi di negara kami dan adalah kehilangan besar bagi kami,” kata Mynt, seperti dikutip AP.

Artikel Terkait