Intisari-Online.com - Geisha dan Jepang menjadi dua hal yang seolah tidak bisa dipisahkan.
Maklum saja, citra Geisha yang kerap dilekatkan dengan perempuan penghibur sangat melekat dengan budaya negeri sakura tersebut.
Seorang wanita berparas cantik dan bertingkah anggun dengan wajah dirias bedak cat putih memakai kimono berwarna-warni, itulah gambaran Geisha.
Namun, banyak yang salah dari citra tersebut.
Baca Juga: Xherdan Shaqiri, dari Imigran, Lalu Office Boy, dan Kini Resmi Jadi Andalan Baru Liverpool
Geisha bukanlah pelacur, melainkan wanita yang mempertontonkan kesenian untuk menghibur tamunya, tak semua geisha merias wajah dengan cat putih dan bahkan, mereka awalnya dulu bukan wanita asli.
Ya, Anda tak salah baca. Geisha memang bukan wanita asli saat pertama kali muncul dulu.
Geisha sudah ada sejak abad ke-13 di Jepang , ratusan tahun sebelum geisha wanita muncul.
Para pria ini merias wajah mereka dengan cat putih dan melakukan ada yang dilakukan oleh geisha yang kita kenal sekarang.
Mereka (geisha pria) menyajikan teh untuk para tamu, menyanyi lagu-lagu daerah Jepang, memainkan musik, menceritakan lelucon dan menari.
Tamu-tamu mereka harus dibuat senyaman mungkin seperti di rumah sendiri.
Salah satu keahlian geisha pria adalah mambuat para tamu seolah menjadi orang yang terpenting dalam ruangan tersebut dengan curahan perhatian dan hiburan.
Ini dilakukan karena tingkat stres para warga kala itu cukup tinggi sehingga datang ke rumah-rumah geisha merupakan salah satu pelarian dari kenyataan hidup yang tak menyenangkan.
Source | : | Listverse |
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR