Intisari-Online.com – Alkisah, seorang wanita dengan keluarganya tinggal di sebuah hotel bintang tiga untuk rekreasi. Ia mempunyai seorang bayi berumur enam bulan.
“Bisakah saya meminta satu cangkir susu?” tanya wanita itu pada manajer hotel bintang tiga.
“Ya, Nyonya,” jawab manajer hotel itu. “Tapi akan dikenakan biaya 100 dolar,” tambahnya.
“Tidak masalah,” jawab wanita itu.
Saat mengemudi untuk kembali ke hotel, bayinya merasa lapar lagi. Mereka berhenti di sebuah kios di sisi jalan, lalu membeli susu dari sebuah kedai teh.
“Berapa harganya?” tanya wanita itu kepada pemilik kedai teh.
“Nyonya, kami tidak mengenakan biaya untuk susu anak,” kata orang tua itu sambil tersenyum. Lanjutnya, “Beritahu saya jika Anda membutuhkan lebih banyak untuk perjalanan ini.”
Wanita itu mengambil satu cangkir dan pergi. Ia bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang lebih kaya? Manajer hotel atau orang tua pemilik kedai teh itu?
Lalu siapa yang lebih miskin? Seperti kisah berikut ini. Seorang wanita kaya datang ke butik dan mengatakan kepada anak laki-laki penjaga counter, “Tolong tunjukkan beberapa baju murah. Ini adalah pernikahan anak saya dan saya harus memberikan kepada pembantu saya.”
Tak lama, pelayannya datang ke butik itu dan berkata kepada anak laki-laki penjaga counter, “Tolong tunjukkan beberapa pakaian mahal. Saya ingin memberikan hadiah, karena anak nyonya saya hari ini menikah.” Siapakah yang lebih miskin?
Kadang-kadang, kita berlomba-lomba untuk lebih banyak uang, tetapi kita lupa bahwa kita semua adalah manusia. Mari kita membantu orang yang membutuhkan, tanpa mengharapkan balasan. Ini akan membuat kita merasa lebih baik dari apa yang uang bisa.
Kita bisa baik sebagai individu tetap akan menjadi lebih baik lagi ketika kita bertemu dan berbaur dengan orang yang tepat dan tetap terhubung.
Dunia ini penuh dengan orang-orang baik. Jika Anda tidak dapat menemukan satu orang baik, maka jadilah yang satu itu.