Intisari-Online.com – Seekor bayi tupai dan ibunya sedang duduk di cabang pohon yang tinggi di dekat sebuah pemakaman. Mereka melihat kerumuman orang di sekitar pemakaman.
Jenazah seorang pemimpin besar dibawa dalam sebuah peti mahal dalam kendaraan berhias dengan prosesi tak berujung. Ratusan mobil mengikuti kendaraan hias itu. Ribuan karangan bunga cantik dibongkar. Pemakaman itu penuh dengan upacara dan keangkuhan. Banyak pemimpin sosial, politik, dan agama yang hadir. Setelah pemakaman, pertemuan akbar belasungkawa diadakan di sebuah tempat terdekat.
Setelah prosesi itu berlangsung, empat orang membawa jenazah seorang miskin ke tempat pemakaman. Tidak ada kendaraan atau prosesi. Jenazah dimakamkan di sebuah lubang dekat dengan tempat jenazah orang besar tadi dimakamkan.
Bayi tupai itu bertanya pada ibunya, “Kita melihat pemakaman dua jenazah. Salah satunya sangat mencolok. Yang lain sangat sederhana dan dalam diam. Apa perbedaan antara kedua jenazah itu?”
Sang ibu tidak bisa menemukan perbedaan. Tetapi ketika anaknya bersikeras, ia memutuskan untuk menyelidiki secara rinci. Ketika semua orang meninggalkan pemakaman, mereka membenamkan lubang kecil di tengah dua lubang untuk mencapai tubuh. Jauh di dalam lubang, mereka bertemu cacing yang selamat dari jenazah yang membusuk. Cacing bertanya tentang aksi mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka mencoba untuk mempelajari perbedaan antara dua jenazah yang terkubur di lubang yang berdekatan.
Kata cacing, “Saya ahli dalam memeriksa mayat. Biarkan saya melihat lebih dekat. Saya akan kembali segera dan memperjelas keraguan kalian.” Cacing itu pun turun ke dalam lubang, kembali dan menyatakan, “Saya telah menguji jenazah itu secara menyeluruh. Tidak ada perbedaan. Mereka memiliki rasa yang sama!”
Kematian adalah universal. Setiap orang sama di hadapan sebuah kematian. Pada akhir hidupnya, Alexander Yang Agung, menyuruh teman dekatnya, agar tangannya tergantung bebas di kedua sisi peti mati selama prosesi pemakaman kerajaan. Itu untuk mengajarkan pada dunia bahwa ia tidak membawa apa-apa dalam perjalanan terakhirnya.
Kekayaan kita tidak akan kita bawa ke liang kubur. Harta yang kita kumpulkan akan kita tinggalkan ketika kita mati. Bahkan ketika seseorang dipuji karena keberhasilannya, ia akan mati, sama seperti semua nenek moyangnya. Kebesaran seseorang tidak bisa menyelamatkannya dari kematian. Mari kita mengumpulkan kekayaan kita di surga, dengan perbuatan baik kita di bumi.