Intisari-Online.com – Seorang raja yang bijaksana membangun sebuah istana yang indah. Ia telah mengumpulkan banyak kekayaan bagi kerajaannya. Ia menyimpan kekayaan seperti emas batangan di rumah harta yang dijaga ketat di dalam istana. Ia membangun beberapa perangkat penyelamatan dan lorong-lorong rahasia di dalam istana.
Rincian dari susunan istana tersebut disimpan secara rahasia. Ada jalan rahasia dari istana ke hutan terdekat untuk melarikan diri dari keluarga kerajaan dan pejabat utama dalam kasus darurat. Rumah harta pun memiliki pintu rahasia yang hanya diketahui oleh raja dan bendahara yang setia. Rumah harta memiliki pintu palsu megah yang pernah dibuka tetapi selalu dijaga oleh penjaga bersenjata.
Negara itu pernah diserang oleh kaisar perkasa dengan tentara yang bersenjata berat. Mereka sampai di istana dan berencana untuk menjarahnya. Raja, keluarga, dan pejabat istana diam-diam melarikan diri ke hutan melalui jalan rahasia di istana. Musuh yang dipimpin oleh kaisar dan komandannya mencapai pintu tertutup dari rumah harta itu. Mereka menggunakan segala kekuatan dan keahlian mereka untuk membuka pintu. Akhirnya pintu dirusak dan tiba-tiba menyembur air laut yang deras dari ruangan tersebut yang membunuh tentara perkasa dan pemimpinnya.
Tanpa diketahui orang lain, raja telah membuat terowongan rahasia dari rumah harta yang mengarah langsung ke laut. Ruangan itu jauh di bawah permukaan laut dan air laut bisa menyembur dengan cepat ketika pintu dibuka dengan paksa. Itu adalah pengaturan cerdik yang dibuat oleh Raja untuk melindungi harta kerajaannya.
Kemudian, ketika musuh telah tewas, Raja kembali ke istananya. Dengan bantuan para ahli, ia bisa menutup sambungan ke laut. Air dikosongkan kembali untuk mengembalikan harta dalam bentuk utuh. Rakyatnya memuji kebijaksanaan Raja mereka.
Sementara, di tempat lain ada seorang Ratu saleh yang adalah juara amal. Ia menjual perhiasannya dan menggunakan uangnya untuk membangun rumah sakit serta panti asuhan untuk rakyat miskin kerajaannya. Suatu hari ia mengunjungi narapidana dari sebuah rumah rehabilitasi yang dibangun untuk pasien mikin. Ia bertemu dengan seorang wanita yang terbaring di tempat tidur dan berbicara dengannya, menanyakan tentang kesehatannya. Wanita itu meneteskan air mata syukur. Air matanya jatuh ke tangan Ratu, yang memegangnya. Ratu kemudian mengatakan kepada pembantunya tentang air mata wanita itu, “Tuhan mengirimkan kembali perhiasan saya untuk saya!”
Kita telah mengambil segala upaya untuk melestarikan harta kita di bumi. Kita membuang sebagian waktu kita, kesehatan, dan energi kita untuk mengumpulkan ketenaran, kekayaan, dan kemuliaan.
Dengan uang kita mungkin bisa mendapatkan hiburan, tetapi tidak kebahagiaan; tempat tidur, tetapi bukan tidur; buku, tetapi bukan otak; mobil, tetapi bukan keamanan; rekan, tetapi bukan teman; pendidikan, tetapi bukan hikmat; sanjungan, tapi bukan penghormatan; makanan, tetapi bukan nafsu makan; rumah, tetapi bukan tempat tinggal; kemewahan, tetapi bukan budaya; obat-obatan, tetapi bukan kesehatan; ornamen, tetapi bukan keindahan; biola, tetapi bukan musik. Uang seperti air laut, semakin kita minum, maka akan kita akan semakin haus.
Jangan menyimpan harta bagi diri kita di bumi, di mana ngengat dan karat bisa merusakkannya dan perampok membongkar serta mencurinya. Sebaliknya, simpanlah harta bagi diri kita di surga, di mana ngengat dan karat tidak bisa menghancurkannya, dan perampok tidak bisa membongkar serta mencurinya.