Cinta Kasih Membuat Kaya Sebuah Rumah

K. Tatik Wardayati

Editor

Cinta Kasih Membuat Kaya Sebuah Rumah
Cinta Kasih Membuat Kaya Sebuah Rumah

Intisari-Online.com – Alkisah, di sebuah kerajaan, ada seorang wanita tua yang memiliki seekor anak kerbau. Anak kerbau ini berwarna hitam tanpa sedikitpun warna putih di tubuhnya.

Wanita tua itu mengangkat anak sapi kecil itu seolah-olah anaknya sendiri. Ia memberinya makan hanya padi dan beras bubur. Ia mengelus kepala dan lehernya, dan anak sapi itu menjilati tangan wanita tua itu. Karena mereka begitu akrab, orang-orang mulai memanggil anak sapi itu dengan sebutan “Blackie”.

Bahkan setelah anak sapi itu tumbuh menjadi kerbau yang besar dan kuat, ia tetap sangat jinak dan lembut. Anak-anak desa senang bermain dengannya, memegang leher, telinga, dan tanduknya. Mereka bahkan memegang ekornya dan berayun naik ke punggungnya. Sapi itu menyukai anak-anak, jadi ia tidak pernah mengeluh.

Pikir kerbau saat itu, “Wanita tua yang penuh kasih, seperti seorang ibu yang baik padaku. Ia mengangkat saya seolah-olah saya anaknya sendiri. Ia miskin dan membutuhkan bantuan, tetapi terlalu rendah hati untuk meminta bantuanku. Ia terlalu lembut untuk memaksaku bekerja. Karena aku juga mencintainya, aku ingin melepaskan ia dari penderitaan kemiskinannya.” Maka, kerbau itu mulai mencari pekerjaan.

Suatu hari, seorang kafilah membawa 500 gerobak datang ke desa itu. Ia berhenti di tempat yang sulit untuk menyeberangi sungai. Lembunya tidak mampu untuk menarik gerobak kafilah itu. Sungai itu terlalu deras hingga lembunya tidak dapat menarik semua gerobak.

Menghadapi masalah itu, pemimpin rombongan mulai mencari kerbau. Ia dikenal sebagai ahli kualitas kerbau. Sementara memeriksa kawanan kerbau yang berkeliaran, ia melihat Blackie. Ia berpikir, “Kerbau hitam ini tampaknya memiliki kekuatan dan kemauan untuk menarik gerobak saya hingga seberang sungai.”

Ia bertanya kepada penduduk desa yang ditemuinya, “Milik siapakah lembu hitam ini? Saya ingin menggunakannya untuk menarik gerobak saya di seberang sungai, dan saya bersedia membayar pemiliknya untuk jasanya.”

Orang-orang desa mengatakan, “Dengan segala cara, bawalah. Majikannya tidak ada di sini.”

Pemimpin kafilah itu menempatkan tali melalui hidung Blackie. Tapi ketika ia menariknya, kerbau hitam itu tidak mau bergerak, pikirnya, “Sampai orang ini mengatakan apakah ia akan membayar untuk pekerjaan saya, saya tidak akan bergerak.”

Karena ahli kerbau, pemimpin kafilah mengerti alasannya. Jadi ia berkata, “Kerbau sayang, setelah kau menarik 500 gerobak saya di seberang sungai itu, saya akan membayarmu dua koin emas untuk setiap keranjang. Tidak hanya satu, tapi dua!” Mendengar ini, Blackie pun mau beranjak.

Lalu orang itu memanfaatkan kerbau hitam yang kuat itu untuk mengangkut keranjang pertama. Ia membawanya ke seberang sungai. Demikianlah, ia juga menarik 499 gerobak lain, satu per satu, tanpa sedikit pun memperlambatnya!

Ketika semua sudah dilakukan, pemimpin kafilah itu membuat bungkusan hanya berisi satu koin emas per keranjang, yaitu 500 koin. Ia menggantungkan ini ke leher kerbau perkasa itu. Kerbau hitam ini berpikir, “Orang ini berjanji dua koin emas per keranjang, tapi itu tidak sama dengan yang digantung di leher saya. Jadi saya tidak akan membiarkannya pergi!” Ia berdiri di depan kafilah itu dan menghalangi jalannya.

Pemimpin rombongan mencoba mendorongnya agar tidak menghalangi jalan, tetapi kerbau hitam itu tidak mau bergerak. Ia mencoba sekali lagi, bahkan semua sapi jantan yang mendorongnya, tidak membuat kerbau hitam itu bergerak.

Pria itu berpikir, “Tidak diragukan lagi, kerbau ini sangat cerdas. Ya saya tahu saya hanya membayarnya setengah.” Lalu, ia membuat bungkusan baru yang berisi seribu koin emas, dan menggantungkannya di leher kerbau hitam itu.

Kemudian Blackie kembali menyeberangi sungai dan langsung menuju wanita tua, ‘ibunya’. Sepanjang jalan, anak-anak berusaha merebut bungkusan uang, karena mereka pikir itu permainan. Tapi kerbau itu berhasil lari dari mereka.

Wanita tua itu melihat bungkusan yang berat di leher kerbaunya, ia terkejut. Anak-anak desa menceritakan apa yang terjadi di sungai. Ia membuka bungkusan dan menemukan seribu koin emas.

Wanita tua itu juga melihat mata ‘anaknya’ yang lelah. Katanya, “Oh, anakku, apakah kau pikir saya ingin hidup dari uang yang kau peroleh? Mengapa kau ingin bekerja begitu keras dan menderita? Tidak peduli betapa sulitnya mungkin, aku akan selalu merawat dan menjagamu.”

Kemudian wanita tua itu mencuci kerbau hitam itu dan memijat otot-ototnya yang lelah dengan minyak. Ia memberinya makanan dan merawatnya, sampai akhir hidup mereka bersama-sama.

Demikianlah, cinta kasih membuat rumah termiskin menjadi rumah terkaya.