Advertorial
Intisari-Online.com – Ketika Sekutu bergulat meruntuhkan Jerman dan Jepang, di A.S. terjadi pula pergulatan yang tidak kurang gigihnya dalam mempertahankan kesehatan Harry L. Hopkins, penasihat dan utusan pribadi presiden Franklin D. Roosevelt dalam Perang Dunia II.
Sebagian besar isi perut Hopkins sudah dikeluarkan akibat kanker. Presiden Roosevelt berusaha sekuat tenaga mempertahankan Hopkins karena pikirannya sangat dibutuhkan dalam melawan Jerman dan Jepang.
Harry L. Hopkins sebelum diangkat jadi penasihat merupakan administrator dalam “New Deal” yang terkenal itu.
la lahir di Sioux City, Iowa sebagai anak keempat dari 5 bersaudara. Orang tuanya terkemuka. Sejak masih duduk dibangku sekolah kesehatan Harry memang sudah tidak baik, yaitu sesudah ia dihinggapi penjakit typhus. Badannja sangat kurus sehingga oleh teman-teman dipanggil “Skinny", si kurus.
Dalam kehidupan rumah tangga, Harry tidak beruntung. Rumah tangganya berantakan padahal anaknya sudah 3, laki-laki semua. Kira-kira tahun 1927 Harry jatuh cinta pada Barbara Duncan, gadis cantik yang baik pendidikannya, tapi menderita penjakit paru-paru.
Barbara bekerja di Tuberculosis Association. Tapi atas nasihat Dr. Williams, Hopkins dan nona Duncan memutuskan untuk tidak melanjutkan percintaan mereka untuk kebaikan rumah tangga Hopkins.
Tapi kenjataannya rumah tangga itu tidak dapat ditolong lagi. Hopkins diceraikan oleh isterinya. Ia menikah kembali dengan Barbara Duncan dan memperoleh seorang anak perempuan, Diana.
(1932) Waktu itu tabiat Hopkins “susah". la tidak rapat lagi dengan sahabat-sahabatnya yang dulu. Sekali ini hidup perkawinan Hopkins bahagia. Sajang sangat pendek. Tahun 1937 isterinya meninggal karena kanker.
Ayah Hopkins sendiri meninggal karena kanker dan Hopkins menduga bahwa ia sendiripun dihinggapi kanker. Maka itu beberapa minggu setelah isterinya meninggal, ia pergi ke Mayo Clinic untuk memeriksakan dirinya. Kekhawatirannya benar.
Sebagai akibatnya sebagian besar ususnya harus dikeluarkan. Sesudah dioperasi penyakit kankernya tidak pernah kambuh, tapi berbagai penjakit menghinggapi Hopkins.
Nyonya Roosevelt menjadi wali Diana
Tahun 1938, dalam masa Natal, Hopkins dan anak perempuannya, Diana, menjadi tamu di Gedung Putih. Hopkins baru diangkat menjadi Menteri Perdagangan.
Nyonya Roosevelt menaruh banyak perhatian kepada tangan kanan suaminya itu dan juga kepada Diana. Karena tahu betul akan kesehatan Hopkins, nyonya Roosevelt bertanya apakah Hopkins sudah membuat persiapan bagi Diana kalau kelak Hopkins meninggal?
Baca juga: Mengingat-ingat Awal Perang Dunia II: Ketika Roosevelt Memancing Jepang Menyerang
Ternyata Hopkins belum berbuat apa-apa, kecuali membuat surat wasiat baru ketika isterinya meninggal.
Nyonya Roosevelt menasihatkan agar Hopkins membuat persediaan demi kesejahteraan anaknya kelak. la menawarkan diri untuk menjadi wali bagi Diana. Kejadian ini diceritakan oleh Hopkins kepada puterinya yang baru berumur 6 tahun dalam sebuah surat.
….ia (Ny. Roosevelt) menyatakan bersedia mengurus supaya engkau kelak mendapat pendidikan yang baik dan mempunyai sedikit uang sesudah lulus dari pendidikan."
Ia percaya bahwa pendidikan modern bukan hanya mengajar orang hidup bersama orang-orang lain, tapi juga agar anak perempuan bisa mencari nafkahnya sendiri.
“Betul sekali kekhawatirannya kalau seandainya perwalian terhadapmu belum diurus pada saat aku meninggal. Dengan tawarannya yang tulus itu aku merasa terbebas dari suatu beban yang besar.
Baca juga: Kisah Surat Einstein kepada Franklin D Roosevelt yang Mengubah Dunia
“Ia sangat suka kepadamu. Tentu saja aku jadi terharu, bukan saja karena tawaran itu membebaskan aku, tapi juga karena pasti akan sangat baik bagimu.”
(Nyonya Roosevelt mengurus Diana sampai Hopkins menikah lagi. Sekali ini dengan nyonya Louise Macy, Juli 1942).
Roosevelt turun tangan
Maret 1939 Hopkins diperiksa lagi dengan sinar X, karena ia terus menerus merasa lelah. Hopkins sendiri menjatakan: “Tidak apa-apa, cuma masuk angin.” Memang tidak didapati tanda-tanda kankernya kambuh.
Tapi rupanya Hopkins pasien yang susah diurus. “Kalau saja pasien kenamaan kita ini mau bekerja sama sedikit dalam cara hidup yang lebih memenuhi syarat kesehatan, hasilnya pasti sangat besar", tulis Dr Kenneth Johnson dari Mayo Clinic.
22 Agustus 1939 Hopkins masuk kembali ke Mayo Clinic. Dalam surat ucapan selamat ulang tahun kepada Hopkins (22 Agustus 1939), presiden Roosevelt: “Saya senang engkau berada di Mayo Clinic. Ini merupakan tindakan bijaksana satu-satunya yang bisa dilakukan.”
Surat ini bukan hanya menunjukkan betapa besarnya perhatian presiden terhadap Hopkins, tapi juga bahwa keadaan kesehatan Hopkins agak mengkhawatirkan. Padahal pikiran Hopkins sangat dibutuhkan dalam perang Eropah.
Dari rumah sakit, Hopkins menulis surat pada Diana. Menurut pendapat Robert E. Sherwood dalam Roosevelt and Hopkins, surat itu mungkin disangka Hopkins suratnya yang terakhir.
Dalamnya antara lain Hopkins minta anaknya berenang tiap hari dan tanpa menggunakan lagi water wing. "Aku tidak pernah melupakan bahwa engkau ingin pergi ke Fair. Bagaimanapun juga dan dengan cara apapun pada suatu hari kita akan kesana sebelum sekolah mulai. Saya sangat ingin engkau ada disini bersama saya dan menyaksikan tanah pertanian yang indah ini.”
Ketika itu putera Hopkins yang bernama David (dari isterinya yang pertama) diberi tahu bahwa Hopkins tidak mungkin hidup lebih lama dari 4 minggu. Dokter sudah putus harapan. Mereka merasa tidak sanggup lagi merebut jiwa Hopkins dari Malaikat Maut.
Hopkins sendiri merasa ia paling tahan hidup beberapa minggu lagi.
Tapi presiden Roosevelt bukan orang yang mudah menyerah. Ia menyerahkan kewajiban menolong Hopkins kepada Angkatan Laut A.S. Ahli bedah A.L. yang ahli dalam penyakit tropis dipanggil. Hopkins dipindahkan ke Washington.
Di sini ia dijadikan “kelinci pertjobaan" dalam segala matjam percobaan biochemical. Memang tidak enak untuk Hopkins, tapi rupanja ini memperpanjang umur Hopkins 6 tahun lagi.
Nyonya Churchill Ikut Menjaga Kesehatan Hopkins
Keadaan Eropah yang ruwet dan banyaknya surat-surat yang diterima dari perdana Menteri Inggris Winston Churchill membuat kepala Roosevelt betul-betl pusing.
“Kalau saja saya bisa menyeberang ke Eropah untuk berunding sendiri, pasti banyak yang bisa diselesaikan,” kata persiden AS itu, sekitar hari Natal 1940. Sebagai akibat dari pendapat itu, Hopkins dikirim ke Inggris sebagai wakil pribadi Roosevelt.
Antara Churchill dan Hopkins terjadi kontak yang erat. Hopkins pun mengenal dengan baik Nyonya Churchill.
Pada suatu hari Churchill yang otaknya diperas habis-habisan untuk mengatasi bencana perang yang dilancarkan Nazi, berakhir minggu di Chequers. Tapi disana ia bukan istirahat, melainkan bekerja keras, karena keadaan Rusia membuat orang pesimis, Hopkins diundang ke Chequers.
Bersama dia nyonya Churchill mengundang juga Quentin Reynolds, yang membantu menulis pidato Hopkins dihadapan BBC. Menurut Reynolds, Hopkins bekerja berjam-jam, menghadiri sidang-sidang kabinet Inggeris.
Hopkins merasa lelah sekali. Kepada Nyonya Churchill yang menanyakan kesehatannya Hopkins menyatakan bahwa ia diserang “grippe". Tapi Reynolds sendiri merasa yakin bahwa penyakit lama Hopkins kambuh lagi.
Baca juga:Mematikan, Inilah 6 Deretan Senjata Infanteri Terbaik Perang Dunia II
Nyonya Churchill memberi perhatian besar sekali kepada kesehatan Hopkins. Tanpa dikatakan pun ia tahu kalau kesehatan Hopkins terganggu. Di Chequers, jam 11.00 malam nyonya Churchill menganjurkan Hopkins supaya pergi tidur.
“Besok akan banyak pekerjaan. Lebih enak bicara pagi-pagi dengan Winston. Saya sudah minta pembaringan saudara disiapkan dan menaruh sebotol air panas disitu.”
Jadi ternyata bukan cuma nyonya Roosevelt saja yang begitu teliti mengurus kesehatan Hopkins. Ditanah Inggeris pun ada wanita penggede yang menunjukkan perhatian serupa. Hal ini tidak mengherankan kalau diingat bahwa dalam perang mati-matian melawan Jerman yang kemudian dibantu oleh Jepang Hopkins seakan-akan salah satu urat nadi yang terpenting.
Tahanan ranjang
Berhubung dengan keadaan perang, awal 1942 di Washington diadakan konperensi, yang mendapat nama kode Arcadia. Churchill hadir. Sesudah konperensi itu, Hopkins sakit lagi. Dua minggu ia terbaring dirumah sakit AL. Selama 2 minggu itu terjadi banyak hal yang penting.
Baca juga: (Foto) 10 Potret Menyedihkan Pasca Perang Dunia II, Salah Satunya Orang yang Akan Dieksekusi
Di Afrika Rommel mengadakan serangan balasan. Jepang maju sampai ujung jazirah Melayu dan mendarat di Kalimantan, Sulawesi, Irian, New Britain dan kepulauan Solomon.
Pulang dari rumah sakit, ketika Hopkins si White House kembali, ia harus memenuhi peraturana yang rumit, untuk memelihara kesehatannya. Sepuluh menit sebelum makan ia harus menelan sesendok penuh alutropin, tanpa air. Lima menit kemudian ia harus menelan amino acid powder dan Hepavex Compound dalaw 1 ounce air tomat.
Waktu makan, makanannya mesti kering, tidak boleh ada cairannya. Sementara itu 15 menit sebelum makan dan sejam sesudahnya Hopkins harus istirahat. Makanannya diatur supaya bagian terbesar kalori dikandung dalam makanan sarapan dan makan siang. Tiap kali makan harus pula ditelan 1 kapsul Vicaps dan 1 tablet Calciumuconat.
Waktu makan pagi ada tambahan minyak Haliver dengan vitamin D. Apbila diinginkan Hopkins bisa minta appela powder.
Baca juga: Tentara Rusia Nyaris Perang dengan Tentara Amerika di Suriah, Bahaya Perang Dunia III Mengintai
Pada akhir sebuah kawat panjang, Roosevelt memberitahu Churchill: “Harry sudah jauh lebih baik kesehatannya. Saya sedang mencoba menahannya dalam tangai sehingga ia dapat belajar mengurus diri sendiri."
Pertengahan 1942, berhubung dengan perkembangan perang, Hopkins kembali ke London. Hubungan kawat dengan presiden Roosevelt bukan sedikit. Pada suatu hari Roosevelt memberi perintah dengan kawat kepada jenderal Marshall: “Taruh Hopkins diranjang dan jaga oleh corps AL atau AD supaya ia tetap disana selama 24 jam. Apabila diperlukan, minta kepada raja supaya memberi bantuan".
Rupanya Hopkins ketahuan belum tidur padahal malam sudah larut, gara-gara ia menyebutkan jam berapa kawat Roosevelt diterimanya.
Hopkins kepala batu
Jenderal Marshall, mengalami kesulitan untuk menjalankan perintah itu. Hopkins sukar dikendalikan sekalipun Marshall mendapat bantuan Dr Falton dan Jend. Robert A McClure, atase militer kedutaan A.S. di London.
Baca juga: 9 Foto Ini Tunjukkan Betapa Mengerikannya Kondisi Saat Perang Dunia Pecah
Pada suatu hari, sesudah bekerja keras pada siang hari, Marshall minta Hopkins tidur. Ia sendiri bersama McQure dan Wedemeyer membicarakan pelbagai urusan. Kemudian salah seorang diantara mereka pergi kekamar tidur Hopkins. Ternyata Hopkins sudah kabur lewat pintu lain!
Dr Fulton menulis kepada penyusun buku “Roosevelt and Hopkins" Pada beberapa kesempatan ketika saya mendampingi dia untuk keperluan pengobatan, tampaknya Mr. Hopkins jengkel sekali. Di London seringkali justeru dia yang tampaknja khawatir pada kesehatan saya. Seharusnja saya pergi ke teman-teman saya, sesama dokter A.L. untuk berweek-end dan berekreasi diluar,” kata Mr Hopkins
“Seringkali ia harus makan dengan rekan-rekan orang Inggeris atau anggota perwakilan asing. Maka itu saja selalu membekali dia sebungkus obat-obat yang diperlukan. Tapi bungkusan itu hampir selalu ditemukan tanpa pernah dibuka di meja pakaiannya atau di kamar mandi atau dalam pakaiannya."
22 Januari 1946 Hopkins menulis surat pada Churchill. Mungkin surat terakhir yang ditulisnya karena sepekan kemudian ia meninggal akibat hemokhtromatosis, karena ususnya tidak cukup banyak lagi untuk mencernakan makanan. (Ditulis oleh Yunus Nur Arif)