Anak dengan taraf kecerdasan kurang tidak hanya mengalami ketidakmampuan membaca, tetapi juga mengalami ketidakmampuan di bidang lain seperti berhitung dan aspek-aspek akademik lainnya.
Patogenesis disleksia terletak pada gangguan fungsi otak. Sering pada belahan otak sebelah kiri, terkadang juga di belahan otak kanan. Bagian otak yang diduga berkaitan dengan terjadinya disleksia, aniara lain (a) Corpus Callosum kiri, (b) Lobus pariclotemporal kiri, berperan dalam proses pencocokan antara fonem dan grafem (grapheme), (c) Lobus temporal kiri, berperan dalam proses fonologis dasar, (d) Lobus prefrontal, pusat output dari semua kemampuan seseorang.
Penyebab gangguan fungsi otak itu sering dikaitkan dengan beberapa faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan morfologis olak. Antara lain kurangnya oksigen saat atau segera setelah lahir (asphyxia perinatal), prematuritas, berat badan lahir rendah.
Dalam beberapa penelitian dikatakan, pada 80% anak dengan disleksia ditemukan adanya minimal satu faktor risiko itu.
Beberapa peneliti juga mengaitkan kelainan itu dengan faktor keturunan (genetik). Ada gen dari kromosom 15 yang mungkin bertanggung jawab atas transmisi gangguan ini. Namun, kesimpulan itu masih harus diteliti lebih lanjut.
Baca juga: Memahami Lebih Dekat Soal Disleksia
Membalik huruf-huruf
Ada beberapa karateristik yang dapat dilihat pada anak dengan disleksia. Di antaranya, membaca lamban, turun-naik intonasinya, dan kata demi kata. Artinya, kemampuan baca sang anak tidak sesuai dengan kemampuan rata-rata anak seusianya.
la juga sering mcmbalik huruf-huruf atau kata-kata. Atau ada pengubahan huruf dalam kata. Ciri lain, kacau terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya. Misalnya, buku dibaca "duku", bau dengan "buah", buta dengan "batu", dan lainnya.
Kadang-kadang juga disertai artikulasi suara, gagap, atau pembalikan konsep. Misalnya, kacau terhadap pemahaman konsep atas dengan bawah, depan dengan belakang, dan sebagainya.
Sering juga disertai kesalahan eja dan kesalahan tulis. Misalnya, jika didiktekan kata pagar, mungkin ditulis "papar". Kesalahan tulis ini juga mencakup kelidakmampuan untuk membuat tulisan indah, sering tulisannya tidak terbaca.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR