Intisari-Online.com – Beberapa tahun belakangan ini banyak kita baca lapisan ozon yang menyelimuti Bumi mulai menipis. Salah satu dampaknya adalah “Bumi makin panas”, karena sengatan matahari tidak ada yang meredamnya lagi. Atau aksi peredaman ozone sudah memble. Orang yang lebih sering terpapar sinar matahari terik (karena kerjanya di lapangan), lebih sering stres, dibandingkan dengan orang yang kerjanya di bawah naungan dan terhindar dari serangan terik matahari yang peredamnya memble itu.
(Delapan Tips Ini Membantu Meningkatkan Kesuburan Pria)
Sering stres menurunkan libido, yang pada gilirannya mengurangi frekuensi hubungan intim. Tetapi suhu panas itu sendiri juga membuat orang bisa mandul. Dari beberapa buku dan laporan penelitian disebutkan bahwa untuk menghasilkan sperma yang cukup banyak dan bermutu, testis perlu suhu ideal. Tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Agak di bawah suhu badan normal 36o – 37oC. Itulah sebabnya testis menggantung di bawah perut. Aerasi di situ lebih lega daripada di bagian perut. Bila suhu di luar tubuh berubah dingin, otot-otot penggantung testis akan mengerut, sehingga “buah” itu tertarik dan terangkat mendekati perut yang agak hangat. Tetapi begitu suhu tubuh berubah terlalu panas (misalnya karena sedang demam), otot-otot itu mengendur sehingga testis dapat menggantung lebih menjauhi badan.
Penjelasan ini sedikit banyak dapat menerangkan mengapa pada penderita kriptorkidismus (kerusakan perkembangan yang ditandai dengan kegagalan testis turun ke dalam kantung buah zakar) produksi sperma terganggu. Sebab, testis yang tetap berada di rongga perut terlalu lama “kepanasan”.
(Sekelompok Peneliti Mengklaim Menemukan Cara Mengontrol Kesuburan Sperma)
Panas harus diwaspadai oleh mereka yang senang bercelana ketat. Atau bercelana longgar, tetapi celana dalamnya ketat. Baik celana dalam maupun celana luar yang ketat memaksa testis menempel lebih lama pada tubuh dan lebih lama pula menderita suhu panas. Begitu pula kalau orang sedang duduk. Apa lagi kedua kakinya diapitkan.
Para sopir dan pegawai kantor yang lebih sering duduk daripada berjalan juga harus lebih mewaspadai keadaan ini. Begitu pula pekerja pabrik peleburan logam, pemanggangan roti, perusahaan binatu, dan juruk masak yang berdiri berjam-jam di depan tungku api dapur restoran dan hotel. Mereka harus senantiasa ingat bahwa setiap jangka waktu tertentu perlu meninggalkan tempat duduk atau tempat panas itu sebentar, untuk menurunkan suhu tempat testis bertengger.
(Telan Sperma Tingkatkan Kesuburan, Salah Satu Mitos Aneh soal Seks yang Masih Dipercaya!)
Di Indonesia pernah ada penelitian tentang masalah ini oleh androlog Prof. Dr. Arif Adimoelja dengan pasangan suami istri yang suaminya bekerja sebagai juru masak hotel. Hasilnya menunjukkan ada penurunan kesuburan yang cukup bermakna pada pasangan itu. Menurut guru besar andrologi pertama di Indonesia itu, faktor panas sebagai penyebab menurunnya mutu sperma sudah waktunya diwaspadai dengan serius.
Juga rokok yang tinggi kadar nikotinnya mampu merusak (sampai menurunkan) mutu sperma. Secara teori, nikotin pekat merusak pembuluh darah testis. Akibatnya, fungsi ereksi dan spermatogenesis terganggu. Begitu pendapat Prof. Dr. Wimpie Pangkahila dari Universitas Udayana.
Kita tidak hanya harus sekadar waspada tetapi kemudian tidak berbuat apa-apa! Harus ada kemauan untuk mengubah gaya hidup kita yang tidak sehat. Berolahraga yang cukup dan membuang kebiasaan merokok adalah tindakan sehat yang mudah dilakukan.
Tetapi ada satu lag kebiasaan yang sulit diubah. Yaitu makan makanan yang berkolesterol tinggi, makanan yang sangat berlemak dan bergaram. Kelebihan makan makanan seperti ini sudah terbukti menyebabkan berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi, stres, stroke, jantung koroner, sampai kanker. Semua penyakit ini mempengaruhi kinerja hormon, termasuk hormon kelamin.
Walaupun mengubah kebiasaan makan ini sulit, namun kalau diusahakan dengan kemauan yang besar (paling sedikit mengurangi kelebihan bahan makanan penyebab stres), niscaya kita berhasil mengatasi masalah ini. (Intisari)