Kisah Wartawan Kantor Berita Domei Menyerahkan Teks Proklamasi Untuk Disiarkan Dan Disebarluaskan Ke Seluruh Dunia

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Salah satu wartawan Kantor Berita Domei yang menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan dan disebarluaskan ke seluruh dunia adalah Syahrudin.
Salah satu wartawan Kantor Berita Domei yang menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan dan disebarluaskan ke seluruh dunia adalah Syahrudin.

Salah satu wartawan Kantor Berita Domei yang menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan dan disebarluaskan ke seluruh dunia adalah Syahrudin.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dan cerita-cerita di seputarnya tidak hanya monopoli orang-orang besar. Ada tokoh-tokoh lain yang tak kalah pentingnya yang juga wajib jadi sorotan kita.

Termasuk peran seorang wartawan.

Salah satu wartawan Kantor Berita Domei yang menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan dan disebarluaskan ke seluruh dunia adalah Syahrudin juga punya peran yang tak kalah penting.

Syahrudin berhasil menyelundupkan teks Proklamasi. Teks tersebut kemudian diterima oleh Kepala Bagian Radio, Waidan B Palenewen. Teks Proklamasi tersebut kemudian diberikan kepada F. Wuz untuk segera disiarkan melalui radio.

Wartawan-wartawan yang lain juga punya peran, di antaranya adalah BM Diah.

Sebelum Soekarno membacakan naskah proklamasi, para pemuda di Jakarta telah menyusun rencana untuk menyebarluaskan kabar kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh pemuda di Jakarta yang turut berperan penyebaran berita proklamasi di Jakarta, di antaranya adalah Sukarni, Supardjo, dan B.M Diah.

Sukarni memimpin kelompok pemuda yang bermarkas di Jalan Bogor untuk menyiasati penyebaran berita proklamasi. Mereka membuat salinan naskah proklamasi dan kemudian menyebarkannya kepada masyarakat.

Para pemuda yang bermarkas di Menteng 31 juga turut menyebarkan berita proklamasi ke seluruh penjuru Kota Jakarta dengan menggunakan mobil, sepeda, dan bahkan berjalan kaki. Supardjo yang bekerja di Balai Pustaka, kemudian mencetak puluhan ribu salinan naskah proklamasi untuk disebarkan ke berbagai daerah.

Peran serupa juga dikerjakan B.M. Diah yang diminta menggunakan percetakan Asia Raya untuk mencetak ratusan ribu eksemplar salinan naskah proklamasi. Selain itu, ada juga sukarelawan-sukarelawan yang dikirim ke luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain, untuk menyampaikan salinan naskah proklamasi.

Beberapa tokoh itu adalah M Zaelani, Uteh Riza Yahya, Sulistio, dan Ahmad Tahir yang dikirim ke Sumatera, serta Masri, Munir, dan Moh. Noor yang membawa kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia ke Kalimantan.

Syahruddin dari Kantor Berita Domei

Berita tentang kemerdekaan Indonesia kali pertama disiarkan Kantor Berita Domei pada 17 Agustus 1945, seusai Soekarno membacakan teks proklamasi. Kala itu, Adam Malik yang merupakan Redaktur Tetap sekaligus Wakil Direktur Kantor Berita Antara, menelepon Kantor Domei untuk menginstruksikan penyebaran berita proklamasi dengan pesan "jangan sampai gagal".

Telepon itu diterima Asa Bafagih yang kemudian menyampaikan pesan Adam Malik kepada Pangulu Lubis. Pangulu Lubis lalu mengirim berita proklamasi ke bagian radio.

Dia meminta Radio Domei menyelipkan kabar penting tersebut di antara berita-berita lain. Jepang kemudian mengetahui siaran tersebut dan kemudian melarang Kantor Berita Domei menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun, Syahruddin yang merupakan wartawan Kantor Berita Domei, tetap menyerahkan teks Proklamasi untuk disiarkan Radio Domei. Kepala bagian Radio Domei, Waidan B Palenewan, lalu memerintahkan seorang markonis bernama F Wuz menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sebanyak tiga kali.

Namun ketika berita proklamasi baru disiarkan sebanyak dua kali, Jepang mengetahuinya dan menghentikan siaran tersebut. Meski begitu, berita proklamasi tetap berhasil dengan cepat menyebar ke berbagai daerah Indonesia dan bahkan terdengar hingga ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, India, serta Australia.

Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta

Di Yogyakarta, kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarluaskan lewat peran Ki Hajar Dewantara. Kala itu, berita proklamasi sebenarnya sudah diterima Kantor Berita Domei Yogyakarta pada 17 Agustus 1945 pukul 12.00, tetapi mereka tidak mendapatkan izin penyiaran.

Kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia kemudian disampaikan dalam khotbah salat Jumat di Masjid Agung Keraton Yogyakarta dan Masjid Pakualaman. Ki Hajar Dewantara bersama para guru dan siswa Taman Siswa kemudian turut membantu menyebarluaskan berita proklamasi melalui pawai sepeda.

Mereka berpawai sepeda sembari meneriakkan kabar kemerdekaan Indonesia dan membagikan selebaran. Dengan upaya Ki Hajar Dewantara tersebut, berita proklamasi Indonesia tersebar luas di Yogyakarta meskipun Jepang melarang siaran radio kala itu.

Sementara itu, di Solo, Semarang, dan wilayah-wilayah lain Jawa Tengah, berita tentang Proklamasi juga disebarkan dengan berbagai cara, seperti lewat siaran radio, surat kabar, hingga kabar dari mulut ke mulut.

Begitulah, salah satu wartawan Kantor BeritaDomei yang menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan dan disebarluaskan ke seluruh dunia adalah Syahrudin. Berkat jasanya, berita proklamasi tersebar luas ke antara Indonesia.

Artikel Terkait