Dari kejadian tersebut kemudian komandan dari kesatuan khusus Depot Speciale Troopen (DST), Kapten Westerling, ditugaskan untuk mengumpulkan para desertir dan anggota KNIL yang sudah dibubarkan.
Sebanyak 8.000 pasukan berhasil terkumpul.
Selanjutnya, target utama dari operasinya adalah Jakarta dan Bandung.
Jakarta sendiri pada awal 1950 tengah sering melakukan sidang Kabinet RIS untuk membahas kembali terbentuknya negara kesatuan.
Sedangkan Bandung merupakan kota yang belum sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Siliwangi ditambah dengan Bandung sudah lama menjadi basis kekuatan militer Belanda.
Gerakan ini pun kemudian mereka namai dengan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah lebih dulu disebut-sebut, karena memiliki sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah.
Ratu Adil menjadi ideologi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menitikberatkan akan datangnya juru selamat yang akan membawa kesejahteraan pada suatu masa.
Karena Ratu Adil sangat diyakini oleh masyarakat, Kapten Westerling pun memanfaatkan nama tersebut guna menarik dukungan dalam melancarkan rencananya.
Pemberontakan Westerling memakai nama perang Ratu Adil karena dengan nama Ratu Adil jadi didukung rakyat banyak.
Pada 5 Januari 1950, Westerling sudah mengirimkan surat ultimatum kepada RIS yang berisi tuntutan agar RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan.
Bahkan pemerintah RIS juga diminta untuk mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR