Intisari-Online.com -Anda mungkin pernah mendengar nama Kapten Raymond Westerling, seorang tokoh yang terlibat dalam pembantaian di Sulawesi Selatan pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Namun, tahukah Anda bahwa ia juga pernah mencoba melakukan kudeta terhadap Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950?
Artikel ini akan jelaskan secara singkat kronologi peristiwa pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh Westerling.
Anda akan mengetahui latar belakang, jalannya, dan akhir dari pemberontakan ini, serta dampaknya bagi sejarah Indonesia.
Simak terus artikel ini untuk menambah wawasan Anda tentang salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Kronologi Singkat Peristiwa Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil
Berikut adalah kronologi singkat peristiwa pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA):
- Agustus 1949
Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) memutuskan bahwa Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia, dan tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger) akan dibubarkan dan dimasukkan ke dalam TNI.
Keputusan ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pasukan KNIL, terutama yang berasal dari kesatuan khusus Depot Speciale Troopen (DST).
- Januari 1950
Kapten Raymond Westerling, mantan komandan DST, membentuk dan memimpin APRA, sebuah kelompok milisi pro-Belanda yang menolak Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dianggap terlalu Jawa-sentris.
Westerling menggunakan nama Ratu Adil, yang dipercaya sebagai sosok pembebas rakyat Indonesia dari penguasa yang zalim.
- 5 Januari 1950
Westerling mengirimkan surat ultimatum kepada RIS, yang berisi tuntutan agar RIS menghormati negara-negara bagian, khususnya Pasundan, dan mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Surat ultimatum ini menimbulkan kegelisahan di pihak RIS dan Belanda.
Moh. Hatta memberikan perintah untuk menangkap Westerling, dan Jenderal Vreeden merencanakan untuk mengungsikan pasukan RST (Regiment Speciale Troepen), gabungan baret merah dan baret hijau, yang merupakan basis kekuatan APRA.
- 23 Januari 1950
Westerling mempercepat kudetanya, karena mengetahui rencana penangkapan dirinya.
Ia dan sekitar 800 pasukan APRA bergerak dari Cimahi menuju Bandung, dan menyerang markas Divisi Siliwangi, yang hanya dijaga oleh sekitar 100 tentara Siliwangi.
Dalam serangan ini, Letkol Adolf Lembong tewas, dan APRA berhasil menguasai markas Siliwangi.
Baca Juga: Inilah Latar Belakang Munculnya Peristiwa APRA Di Bandung Tahun 1950
Sementara itu, Sersan Meijer, anak buah Westerling, berangkat ke Jakarta untuk menculik Presiden Soekarno dan menguasai gedung-gedung pemerintahan.
Namun, rencana APRA di Jakarta gagal, karena tidak mendapat bantuan dari pasukan KNIL dan Tentara Islam Indonesia (TII).
Serangan APRA juga mendapat perlawanan dari rakyat dan tentara Indonesia.
Setelah melakukan pembantaian di Bandung, pasukan APRA kembali ke markas mereka masing-masing.
Westerling masih berencana untuk mengulangi aksinya, tetapi rencana keduanya tidak berhasil, sehingga kudeta pun gagal.
- Februari 1950
Westerling melarikan diri ke Belanda, karena kehilangan dukungan dari anggota milisinya.
APRA pun bubar tanpa adanya pemimpin yang kuat.
Demikianlah penjelasan secara singkat kronologi peristiwa pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang terjadi pada tahun 1950. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Mengenalnya Sebagai Penjahat Perang Paling Brutal, Sosok Ini Ternyata Lahir di Turki