Namun, upaya tersebut rupanya ditolak pada 11 Maret 1913 oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda.
Alasan penolakan ini adalah karena organisasi IP saat itu dianggap oleh kolonial dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Akhirnya organisasi ini tidak dapat terbentuk.
Di tahun yang sama, 1913, pemerintah Belanda tengah mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis).
Sangat aneh dilihat, karena perayaan ini dilakukan oleh negara penjajah di negara yang sedang mereka jajahi.
Suwardi Suryaningrat pun menulis artikel sarkastik berjudul Als ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda).
Tidak hanya Suwardi, Cipto Mangunkusumo juga melakukan hal yang sama, ia menuliskan artikel sarkastiknya yang dimuat dalam De Express pada 26 Juli 1913 berjudul Kracht of Vrees?
Artikel tersebut berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan Cipto.
Douwes Dekker kemudian menyusul melakukan kritik melalui tulisan berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan Kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat).
Akibat dari tindakan tersebut, tiga serangkai ini kemudian ditangkap dan diasingkan.
Douwes Dekker dibuang ke Kupang, NTT dan Cipto Mangunkusumo diasingkan ke Pulau Banda.
Pada 1914, Cipto Mangunkusumo kembali ke Indonesia karena sakit, sedangkan Douwes Dekker dan Suwardi kembali ke Indonesia pada tahun 1919.
Begitulah, organisasi zaman pergerakan nasional yang pertama memiliki tujuan untuk menuntut kemerdekaan Indonesia adalah Indische Partij, semoga bermanfaat.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR