Mereka menerjemahkan buku-buku tentang aritmatika, geografi, filsafat, dan lain-lain dari bahasa Yunani ke bahasa Syria.
Baru setelah itu diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Arab.
Berkembangnya kegiatan penerjemahan pada masa itu juga ditopang oleh tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah.
Kebutuhan dasar mereka sudah terpenuhi dengan baik.
Karenanya mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang beragam, salah satunya adalah penerjemahan buku.
Oleh karena itu pada saat itu membaca buku merupakan aktivitas yang biasa di temukan di sudut-sudut wilayah Abbasiyah.
Bahkan banyak perpustakaan pribadi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap buku dan ilmu pengetahuan.
Kesejahteraan penduduk Abbasiyah merata di semua kelas masyarakat.
Termasuk masyarakat yang beragama non-muslim, baik dari kalangan ahli kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, maupun kaum Sābi‘īn (penyembah matahari) yang masih eksis pada masa itu.
Bahkan para penerjemah ulung Daulah Abbasiyah pada awalnya berasal dari golongan mereka.
Di antaranya adalah Hunain ibn Ishaq, yang beragama Kristen Nestorian, dan Tsabit ibn Qurrah
dari kalangan Sabiin.
Mereka adalah penerjemah-penerjemah produktif yang di kemudian hari diberi kepercayaan oleh para khalifah untuk bekerja di Baitul Hikmah.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR