Intisari-Online.comSetelah kurang-lebih 90 tahun berkuasa, kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus akhirnya runtuh juga.
Penyebabnya bervariasi, tapi yang paling disorot adalah serangan Bani Abbasiyah yang akhirnya benar-benar menghabisi riwayat dinasti ini di Damaskus.
Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus melemah dan melanjutkan kekuasaannya di Spanyol.
Mengutip berbagai sumber, BaniUmayyah merupakan kekhalifahan kedua yang didirikan setelah Nabi Muhammad wafat.
Pendiri Bani Umayyah ialah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I.
Sejak didirikan pada 661 Masehi, kekhalifahan ini fokus melakukan perluasan wilayah hingga berhasil menaklukkan seluruh Kerajaan Persia.
Sayangnya, ketika Bani Umayyah sedang berada di puncak keemasan, kekhalifahan yang berpusat di Damaskus ini harus runtuh.
Ada beberapa penyebab yang menyebabkan berakhirnya kekhalifahan ini.
Perang saudara
Memasuki abad ke-8, kekhalifahan Bani Umayyah sedang mengalami krisis yang serius.
Pada masa ini, Khalifah Walid II bin Yazid, yang terkenal suka berfoya-foya, berhasil dilumpuhkan oleh saudara sepupunya, Yazid III bin Walid.
Namun, tidak lama kemudian, Yazid III wafat karena sakit.
Alhasil, posisinya pun digantikan oleh saudaranya, Ibrahim bin Walid, yang juga ditumbangkan oleh kerabatnya, Marwan II bin Muhammad.
Perang saudara yang terjadi di antara para khalifah ini perlahan-lahan menghancurkan wibawa Bani Umayyah.
Akibatnya, muncul berbagai pemberontakan di berbagai provinsi.
Konflik antara Qays dan Yaman
Perang saudara juga terjadi antara kelompok Qays (Arab Utara) dengan kelompok Yaman (Arab Selatan).
Keduanya saling bertentangan karena berusaha untuk mendukung kandidat khalifahnya masing-masing.
Buntut dari pertentangan ini adalah terjadinya perang yang lebih besar dan berkepanjangan.
Diskriminasi terhadap kaum Mawali
Penyebab lain yang membuat Bani Umayyah runtuh adalah terjadinya pemberontakan yang disebabkan oleh diskriminasi terhadap kaum Mawali (orang non-Arab yang baru masuk Islam).
Adanya diskriminasi membuat kaum Mawali tidak bisa memegang jabatan tinggi, dipandang rendah secara sosial, serta harus membayar jizyah atau pajak walaupun sudah masuk Islam.
Pemberontakan Bani Abbasiyah
Saat kekuasaan Bani Umayyah dipegang oleh Yazid II (720-724 M), masyarakat merasakan bahwa kehidupan mereka tidak diperhatikan.
Oleh sebab itu, kerusuhan pun terjadi sampai masa pemerintahan sudah berganti dan dipimpin oleh Hisyam.
Setelah Hisyam wafat, para khalifah yang dijadikan kandidat pun masih belum sesuai alias bermoral buruk.
Setelah Hisyam wafat, khalifah-khalifah selanjutnya tidak hanya lemah, tetapi juga bermoral buruk.
Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah untuk melancarkan pemberontakan yang dikenal dengan sebutan Revolusi Abbasiyah.
Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus pun runtuh pada Januari 750 M, ketika Khalifah Marwan II dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah dalam Pertempuran Zab.
Setelah kalah, Marwan II melarikan diri ke Mesir, dan akhirnya terbunuh pada bulan Agustus di tahun yang sama.
Peristiwa itu menjadi tanda berakhirnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Namun, salah seorang keturunannya bernama Abdurrahman ad-Dakhil berhasil melarikan diri ke Afrika Utara dan menyeberang ke Andalusia (Spanyol).
Abdurrahman kemudian mulai membangun kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia dan memusatkan pemerintahannya di Kordoba.
Kekuasaan Bani Umayyah di Kordoba bertahan hingga 1031 Masehi.
Itulahfaktor-faktor yang menyebabkan kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus melemah dan melanjutkan kekuasaannya di Spanyol, semoga bermanfaat.
Baca Juga: Inilah Tokoh-tokoh Cendikiwian Islam Pada Masa Bani Umayyah Di Andalusia