Toledo, Kota Di Mana Yahudi, Kristen, Dan Islam Hidup Berdampingan Secara Harmonis Di Masa Bani Umayyah

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Toledo, Kota Di Mana Yahudi, Kristen, Dan Islam Hidup Berpampingan Secara Harmonis Di Masa Bani Umayyah
Toledo, Kota Di Mana Yahudi, Kristen, Dan Islam Hidup Berpampingan Secara Harmonis Di Masa Bani Umayyah

Intisari-Online.com -Inilah kota di mana Yahudi, Kristen, dan Islam hidup berdampingan secara harmonis di masa Bani Umayyah berkuasa di Andalusia.

Daerah ini berada pada wilayah otonomi Castilla la Mancha.

Daerah ini pernah menjadi ibukota Spanyol sebelum bangsa Moor datang pada abad ke-8 M.

Tingkat toleransi kehidupan beragama cukup tinggi di daerah ini.

Yahudi, Kristen dan Islam hidup berdampingan secara harmonis.

Nama daerah tersebut adalah Toledo.

Bagaimana kota Kota Toledo berkembang di masa kekahlifahan Bani Umayyah di Andalusia?

Islam masuk di Andalusia tahun 92 H.

Ketika itu Andalusia dikuasai oleh orang-orang Goth (Gothic). Mūsa’ bin Nusayr sebagai gubernur Afrika Utara mengirim pasukan yang dipimpin oleh Panglima Tariq bin Ziyadpada 710 M untuk melakukan penaklukan ke wilayah ini.

Mereka tidak mendapatkan perlawanan yang intensif dari penguasa setempat.

Hal ini didukung oleh situasi lemahnya politik pemerintahan dan rakyat tidak mendukungnya.

Pasukan tersebut memperoleh keberhasilan pada tahun 712 M.

Pasukan yang dipimpin oleh Musa bin Nusair berhasil menuju Andalusia melalui jalan lain yang tidak dilalui oleh Tariq bin Ziyad dan pasukannya.

Pantai barat semenanjung Spanyol yakni Sevilla dan Merida berhasil ditaklukan.

Kemudian mereka bertemu dengan pasukan Ṭāriq di Toledo.

Dua pasukan bergabung. Daerah taklukan meluas hingga ke Utara seperti Barcelona, Terrofona, dan Saragossa.

Pada tanggal 15 Mei 756 M, Abdurrahman Ad-dahil memproklamirkan berdirinya Imarah Umayyah II di Andalusia (Spanyol).

Hal ini menandakan secara resmi dimulainya kekuasaan kedua dari Dinasti Umayyah yang lepas dari Abbasiyyah di Baghdad.

Wilayah Islam di Andalusia pada Umayyah II ini, dibagi menjadi lima provinsi (vice royalty) yang dikepalai oleh seorang amir.

Pusat pemerintahannya adalah Cordova.

Sejak masuk ke Spanyol, wilayah ini menjadi wilayah provinsi Islam di bawah Bani Umayyah di Damaskus.

Namanya diganti dengan sebutan Andalusia.

Pemerintah pusat Damaskus menempatkan seorang wali atau amir di Spanyol.

Wali pertamanya adalah anak Musa bin Nusair yang bernama Abdulaziz bin Musa.

Di Andalusia, Abdulaziz menikah dengan Achelon seorang janda dari Roderick yang kemudian namanya diganti dengan Ummu Asim.

Inilah penikahan campuran pertama antara seorang muslim dengan seorang wanita Spanyol.

Setelah Abdulaziz wafat, kepemimpinannya dilanjutkan oleh Muḥammad bin Yazid sebagai penguasa Afrika Utara dan Spanyol.

Penduduk Spanyol merasa bahagia dan memperoleh kemakmuran di bawah pemerintah Islam.

Umat kristiani menikmati kebebasannya dan tidak diganggu dalam melaksanakan ibadah dan kebiasaannya.

Golongan Yahudi benar-benar merasakan tertolong oleh kehadiran bangsa Arab ini.

Mereka menjadi merdeka dan aktif membantu bangsa Arab dalam memerintah Spanyol dan mengembalikan negeri ini ke tingkat budaya yang tinggi.

Kekuasaan Islam di Andalusia ini tanpa menganiaya dan tidak ikut campur dalam urusan internal mereka.

Kaum muslimin memberikan otonomi penuh dalam semua masalah keagamaan.

Kejayaan Islam di Spanyol ditunjukkan dengan beberapa perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan fisik.

Ilmu pengetahuan berkembang pada bidang filsafat, seni, sastra, agama, dan sains.

Pembangunan fisik yang sangat menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman.

Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Alzahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Ma'mun, masjid Sevilla, dan istana al-Hambra di Granada.

Pada daerah otonomi Castilla la Mancha terdapat kota Toledo.

Kota ini pernah menjadi ibukota Spanyol sebelum bangsa Moor datang pada abad ke-8 M.

Kota ini pernah pula menjadi salah satu kota pada masa pemerintahan Islam di Spanyol.

Tingkat toleransi kehidupan beragama yang tinggi terdapat di Toledo.

Islam, Yahudi, Kristen dapat hidup berdampingan dengan harmonis, yang pada masa itu disebut La Convivencia (The Coexistence).

Masjid a Mezquita Cristo de la Luzz dibangun pada tahun 999 M oleh bangsa Moor.

Semula, masjid ini diberi nama Masjid Babulmardum.

Namanya diambil dari nama gerbang kota Toledo dengan letak 20 m dari masjid.

Lantai mesjid beralaskan tanah. Desain pilarnya dipengaruhi oleh Mesjid Agung Cordova.

Perkembangan Islam di Spanyol

a. Periode Pertama (711-755 M)

Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.

b. Periode Kedua (755-912 M)

Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir(panglima atau gubernur) akan tetapi tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang pada saat itu dipegang oleh khalifah Abbasiyyah di Baghdad.

c. Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah.

d. Periode Keempat (1013-1086 M)

Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulk al-Ṭawāif yang berpusat di daerah kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya.

e. Periode Kelima ( 1086-1248 M)

Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara tetapi mendapat suatu kekuatan yang dominan yaitu kekuasaan dinasti Murabiṭun dan Muwaḥidun.

f. Periode Keenam (1248-1492)

Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Aḥmar. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada zaman Abdurrahman An-nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil.

Artikel Terkait