Puncak Kejayaan Bani Umayyah Di Andalusia Ditandai Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Di Cordova Di Bawah Abddurrahman III

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Puncak kejayaan Bani Umayyah di Andalusia ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova yang terjadi pada masa kepemimpinan Abdurrahman III.
Puncak kejayaan Bani Umayyah di Andalusia ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova yang terjadi pada masa kepemimpinan Abdurrahman III.

Intisari-Online.com -Puncak kejayaan Bani Umayyah di Andalusia ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova yang terjadi pada masa kepemimpinan Abdurrahman III.

Abdurrahman III atau Abdurrahman An-Nasir merupakan salah satu penguasa terbesar Bani Umayyah di Andalusia.

Awalnya dia berkuasa sebagai Amir Kordoba kemudian memproklamasikan dirinya sebagai Khalifah Bani Umayyah di Andalusia.

Bisa dibilang, Abdurrahman III adalah pendiri kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia.

Abdurrahman III lahir pada 22 Ramadhan 277 H, merupakan cucu dari Amir Kordoba sebelumnya, Abdullah bin Muhammad.

Abdullah sendiri merupakansalah satu penguasa Andalusia terlemah.

Pada masa kekuasaan Abdullah, Al-Andalus mengalami kemunduran dan daerah Islam di Iberia tak lebih dari kota Kordoba dan sekitarnya.

Abdurrahman III menggantikan kakeknya pada tahun 912 ketika berumur 22 tahun.

Dia dengan cepat berhasil mengembalikan kekuasaan Islam di Iberia, bahkan memperluas wilayahnya hingga Afrika Utara.

Pada 16 Januari 929, dia menyatakan dirinya sebagai khalifah, menyetarakan dirinya dengan dua pemimpin lain yang juga menyatakan dirinya sebagai khalifah.

Pertama pemimpin Bani Fatimiyah di Tunisia, kedua Bani Abbasiyah di Baghdad.

Dasar dari pernyataan ini adalah karena Abdurrahman merupakan keturunan Bani Umayyah yang dulunya memegang gelar khalifah di Damaskus yang digulingkanBani Abbasiyah.

Abdurrahman III kemudian membangun Madinah Az-Zahra, sebuah kota dengan kompleks istana sekitar 5 km dari Kordoba, pada tahun 936 hingga 940.

Dia lalu memindahkan seluruh dewan pemerintahannya ke Madinah Az-Zahra pada 947-948.

Namun pada abad ke-11 kompleks istana ini ditinggalkan dan mulai tertimbun, dan reruntuhannya baru mulai digali lagi pada 1911.

Pada masa pemerintahannya, ia membuka jalur diplomasi dengan Otto I dari Kekaisaran Romawi Suci dan dengan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium).

Abdurrahman III merupakan sosok humanis dan pemerhati seni yang hebat, khususnya arsitektur.

Sepertiga dari pendapatan negara dia gunakan untuk belanja pemerintah, sepertiganya disimpan, dan sepertiganya digunakan untuk bangunan.

Setelah mendeklarasikan kekhalifahan, dia membangun kompleks istana besar, yang dikenal sebagai Medina Azahara.

Istana inidibangun sekitar lima kilometer di utara Córdoba.

Medina Azahara dimodelkan seperti Istana Umayyah yang ada di Damaskus.

Bangunan ini diniatkan sebagai pengikat simbolis antara khalifah baru dan leluhurnya terdahulu.

Menurut sumber, pada masa pemerintahannyaCórdoba memiliki 3000 masjid dan 100.000 toko dan perumahan.

Di bawah pemerintahannya, Córdoba menjadi pusat intelektual terpenting di Eropa Barat.

Dia memperluas perpustakaan kota, yang selanjutnya diperkaya oleh penerusnya.

Abdurrahman III juga memperkuat armada Iberia menjadi armada terkuat di Eropa Mediterania, yang memaksa para perompakIberia pindah ke Galicia, Asturias, dan Afrika Utara.

Dan karena kepemimpinannya, Islam diIberia menjadi kekuatan selama beberapa abad.

Abdurrahman III juga dikenal sebagai pemimpin yang toleran terhadap non-Muslim.

Orang-orang Yahudi serta Kristen diperlakukan dengan adil.

Begitulah, puncak kejayaan Bani Umayyah di Andalusia ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova yang terjadi pada masa kepemimpinan Abdurrahman III.

Artikel Terkait