Ia mempelopori pembentukan Badan Permusyawaratan Pemuda Indonesia (BPPI) dan Kongres Pemuda Indonesia Kedua.
Tragedi 24 Februari 1949
Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II.
Supeno yang saat itu berada di Yogyakarta, memilih untuk bergerilya bersama para pejuang lainnya.
Pada tanggal 24 Februari 1949, Supeno dan rombongannya terkepung oleh pasukan Belanda di Desa Ganter, Nganjuk.
Supeno yang tidak mau menyerah, ditembak mati oleh tentara Belanda.
Supeno gugur di usia 32 tahun, meninggalkan seorang istri dan seorang putri.
Kematiannya menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia.
Semangat perjuangan dan pengorbanan Supeno akan selalu dikenang.
Ia adalah teladan bagi pemuda Indonesia untuk terus berkarya dan membangun bangsa.
Kisah Supeno adalah contoh nyata dari dedikasi dan pengorbanan para pahlawan Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Kematiannya yang tragis menjadi pengingat bagi generasi muda untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan karya dan prestasi.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR