Mengapa Terdapat Perbedaan Strategi di Antara Pemimpin Indonesia dalam Menghadapi Jepang?

Ade S

Editor

Pendaratan tentara Jepang di Jawa. Artikel ini menjelaskan mengapa terdapat perbedaan strategi di antara pemimpin Indonesia dalam menghadapi Jepang pada masa pendudukan tahun 1942.
Pendaratan tentara Jepang di Jawa. Artikel ini menjelaskan mengapa terdapat perbedaan strategi di antara pemimpin Indonesia dalam menghadapi Jepang pada masa pendudukan tahun 1942.

Intisari-Online.com -Anda tentu pernah mendengar tentang perjuangan para pemimpin Indonesia dalam melawan penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II.

Namun, apakah Anda tahu bahwa tidak semua pemimpin Indonesia memiliki cara yang sama dalam menghadapi Jepang?

Lalu, mengapa terdapat perbedaan strategi di antara pemimpin Indonesia dalam menghadapi Jepang?

Apakah karena perbedaan pandangan, tujuan, atau kepentingan?

Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan strategi yang diterapkan oleh para pemimpin Indonesia, baik yang kooperatif maupun nonkooperatif, dalam melawan Jepang.

Anda akan mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat, apa alasan mereka, dan apa dampaknya bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Strategi berbeda dalam menghadapi Jepang

Ketika Indonesia diduduki oleh Jepang pada tahun 1942, para pemimpin Indonesia memiliki cara-cara yang beragam dalam melawan penjajah.

Beberapa tokoh memilih untuk melawan dengan cara nonkooperatif, sementara yang lainnya dengan cara kooperatif.

Apa alasan di balik perbedaan strategi ini?

Baca Juga: Penjelasan Peristiwa yang Menandai Jepang Berkuasa Secara Resmi di Indonesia

Melansir Kompas.com, ternyata perbedaan strategi ini disebabkan oleh perbedaan pandangan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh pemimpin Indonesia.

Beberapa pemimpin Indonesia berpikir bahwa cara terbaik dalam menghadapi perang adalah dengan bersikap kooperatif dan bekerja sama dengan Jepang.

Alasan mereka adalah untuk menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak.

Pada saat itu, Jepang memang berusaha untuk menjalin kerja sama dengan para tokoh pergerakan agar rakyat Indonesia mau mendengarkan dan mengikuti perintah mereka.

Namun, di balik itu, para pemimpin Indonesia juga memanfaatkan situasi ini untuk menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.

Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa cara yang paling efektif dalam melawan Jepang adalah dengan perjuangan yang radikal atau nonkooperatif.

Alasan mereka adalah karena Jepang tidak memiliki rasa kemanusiaan ketika menguasai rakyat Indonesia sehingga menimbulkan kemarahan yang berujung pada perlawanan.

Tokoh-tokoh kooperatif dan nonkooperatif

Tokoh-tokoh yang menggunakan strategi kooperatif pada masa pendudukan Jepang adalah:

* Soekarno* Mohammad Hatta* Ki Hajar Dewantara* KH Mas Mansyur

Strategi kooperatif adalah strategi yang bersifat moderat atau lembut dan mau bekerja sama dengan pemerintah penjajah.

Baca Juga: Penjelasan Peristiwa yang Menandai Jepang Berkuasa Secara Resmi di Indonesia

Strategi ini diterapkan karena pada waktu itu Jepang melarang adanya organisasi-organisasi pergerakan nasional.

Pada saat itu, Jepang hanya mengizinkan adanya organisasi-organisasi yang dibuat dengan tujuan untuk memenangkan Perang Asia-Pasifik.

Bentuk kerja sama yang ditunjukkan oleh para pemimpin Indonesia adalah dengan bergabung ke dalam organisasi-organisasi buatan Jepang, seperti Pusat Tenaga Rakyat (Putera), yang dipimpin oleh Empat Serangkai.

Dengan cara ini, rakyat Indonesia bisa dipersiapkan secara mental dan fisik untuk nantinya bisa meraih kemerdekaan Indonesia.

Selain Putera, ada juga Barisan Pelopor dan Chuo Sangi In.

Ketiga organisasi ini dimanfaatkan oleh para pemimpin Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi Jepang demi mencapai kemerdekaan.

Tokoh-tokoh yang menggunakan strategi nonkooperatif pada masa pendudukan Jepang adalah:

* Sukarni* Chaerul Saleh* Adam Malik* Armunanto* A.A Maramis* Achmad Subardjo

Strategi nonkooperatif adalah strategi yang menolak untuk bekerja sama dengan Jepang dengan melakukan Gerakan Bawah Tanah.

Gerakan Bawah Tanah adalah gerakan yang dilakukan secara rahasia oleh rakyat Indonesia karena ketatnya pengawasan pemerintah Jepang saat itu.

Gerakan ini diprakarsai oleh Sutan Sjahrir dan Amir Syarifuddin.

Baca Juga: Mengapa Peristiwa Pengeboman Pearl Harbour Terjadi? Jepang Terancam?

Melalui gerakan ini terbentuk kelompok-kelompok yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Salah satu bentuk kerja sama mereka adalah mendengarkan radio Sekutu secara diam-diam dan kemudian menyebarkan informasinya.

Selain itu, ada juga beberapa organisasi yang menerapkan strategi nonkooperatif, seperti Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Indonesia, Persatuan Muslim Indonesia, Partai Solidaritas Indonesia.

Demikianlah penjelasan tentang mengapa terdapat perbedaan strategi di antara pemimpin Indonesia dalam menghadapi Jepang pada masa pendudukan tahun 1942.

Perbedaan strategi ini menunjukkan adanya dinamika dan keragaman dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Meskipun berbeda, semua pemimpin Indonesia memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Baca Juga: Sejarah Kedatangan Jepang ke Indonesia, Kalahkan Tentara dari 4 Negara

Artikel Terkait