Tapi Cut Nyak Dhien, istri Teuku Umar, kemudian mengambil peran sebagai komandan perang gerilya.
Perang ini berakhir dengan Perjanjian Boven-Digoel pada 1896 yang memberikan pengakuan terbatas terhadap kedaulatan Sultan Aceh.
Perang Aceh periode keempat (1896-1910)
Perang Aceh periode keempat pada 1896 hingga 1910 menggunakan strategi sporadis tanpa adanya komando dari pemerintah Aceh.
Sebagian besar perang dilakukan dalam bentuk gerilya yang melibatkan kelompok dan individu yang melakukan perlawanan, serangan, pengadangan, dan pembunuhan tanpa ada komando sentral dari pemerintahan Kesultanan.
Demi mencapai kemenangan dalam Perang Aceh, Belanda menerapkan strategi yang licik dengan mengirim Snouck Hurgronje ke pedalaman Aceh untuk mengungkap titik lemahnya pasukan Aceh.
Hasilnya, Dr. Snouck Hurgronje menyarankan kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz agar mengesampingkan terlebih dahulu golongan Keumala (Sultan yang berkedudukan di Keumala) beserta pengikutnya, serta terus menyerang dan fokus pada kaum ulama.
Dia juga menyarankan untuk tidak melakukan negosiasi dengan pemimpin gerilya dan mendirikan pangkalan permanen di Aceh Raya.
Alih-alih, Snouck Hurgronje mengusulkan agar Belanda menunjukkan niat baik kepada rakyat Aceh dengan mendirikan langgar, masjid, memperbaiki infrastruktur seperti jalan dan irigasi, serta memberikan bantuan dalam pekerjaan sosial rakyat Aceh.
Strategi dari Dr. Snouck Hurgronje ini diterima oleh Van Heutz, yang kemudian menjabat sebagai Gubernur Militer dan Sipil di Aceh pada periode 1898-1904.
Dr. Snouck Hurgronje kemudian diangkat sebagai penasihatnya dalam melaksanakan strategi tersebut.
Dengan menggunakan strategi tersebut, Belanda berhasil mengalahkan Aceh dan perang diakhiri dengan penandatanganan Traktat Pendek atau perjanjian penyerahan.
Selanjutnya, pada 1903, Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah dan Panglima Polem menyerah setelah mengalami tekanan yang berat.
Oleh karena itu, hasil akhir Perang Aceh adalah pembubaran Kesultanan Aceh dan wilayahnya jatuh ke tangan Belanda.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR