Meskipun memenangkan pertempuran, Belanda babak belur dalam Perang Aceh. Selain kerugian material, negara penjajah itu juga mengalami kerugian secara mental.
Intisari-Online.com - Perang Aceh adalah salah satu perang terlama dan terberat yang dihadapi oleh Belanda dalam sejarah penjajahannya di Nusantara.
Perang ini berlangsung dari tahun 1873 hingga 1914, dengan beberapa fase dan tokoh yang terlibat.
Perang ini dipicu oleh ambisi Belanda untuk menguasai Aceh, yang merupakan kerajaan Islam terakhir yang berdiri di Nusantara.
Perang Aceh I (1873-1874)
Perang Aceh I dimulai pada 26 Maret 1873, ketika Belanda secara resmi memaklumkan perang terhadap Kesultanan Aceh Darussalam.
Belanda ingin menguasai Aceh karena alasan strategis dan ekonomis, terutama setelah pembukaan Terusan Suez pada 1869 yang meningkatkan pentingnya jalur perdagangan di Selat Malaka.
Belanda tidak langsung melakukan penyerangan karena masih menghimpun pasukan.
Sementara itu, pihak Aceh melakukan mobilisasi umum untuk menghadapi perang.
Pada 6 April 1873, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal J.H.R. Kohler berlabuh di Pantai Ceureumen, Aceh Barat.
Pasukan Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah langsung menggempur pasukan Belanda dengan meriam.
Pasukan Aceh berhasil mempertahankan wilayahnya dan menewaskan Jenderal Kohler pada 14 April 1873.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR