Rempah-rempah juga memiliki nilai kesakralan yang tinggi, karena dihubungkan dengan kekuatan gaib dan keagamaan.
Beberapa rempah-rempah, seperti dupa, kayu manis, dan cengkeh, digunakan sebagai bahan untuk pembuatan dupa, minyak, atau parfum yang digunakan dalam ritual keagamaan.
Rempah-rempah juga dipercaya dapat memberikan perlindungan dari roh jahat, penyakit, atau racun.
Rempah-rempah sebagai sumber keuntungan ekonomi dan politik
Pada abad ke-15, bangsa Eropa mulai berlomba-lomba mencari rempah-rempah dari Asia, terutama dari Indonesia, yang dikenal sebagai Nusantara atau Kepulauan Rempah.
Baca Juga: Ketika Rempah Menjadi Kutukan, Kisah Monopoli Belanda di Maluku
Rempah-rempah menjadi salah satu alasan utama bagi bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan, perdagangan, dan penjajahan di Asia.
Bangsa Eropa, seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris, bersaing sengit untuk menguasai jalur dan sumber rempah-rempah.
Rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat menguntungkan bagi bangsa Eropa, karena permintaan yang tinggi dan pasokan yang terbatas.
Harga rempah-rempah di Eropa bisa mencapai ribuan kali lipat dari harga aslinya di Asia. Rempah-rempah juga menjadi alat tukar yang dapat digunakan untuk membeli barang-barang lain, seperti sutra, porselen, perhiasan, atau senjata.
Rempah-rempah juga menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi, politik, dan budaya di Eropa dan Asia.
Rempah-rempah sebagai warisan budaya dan identitas bangsa
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR