Intisari-Online.com -Raden Saidatau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga, merupakan salah satu dari Wali Songo yang memiliki banyak pengikut.
Namun, tahukah Anda bahwa sebelum menjadi wali, Raden Said adalah seorang pencuri yang berjuluk Maling Cluring? Bagaimana ceritanya?
Dan apa peristiwa yang terjadi sehingga membuat Raden Said kembali menuju kebenaran?
Artikel ini akan mengulas secara lengkap dan menarik tentang perjalanan hidup Raden Said dari pencuri menjadi wali.
Silsilah Sunan Kalijaga
Melansir Kompas.com,Sunan Kalijaga merupakan putra dari Bupati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta dan istrinya yang bernama Dewi Nawangrum.
Beliau dilahirkan sekitar tahun 1450 M dari keluarga ningrat Tuban dengan nama asli Raden Said atau Raden Sahid.
Beliau juga mempunyai beberapa nama lain seperti Lokajaya, Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, dan Raden Abdurrahman.
Menurut sejarah, Sunan Kalijaga menikahi tiga orang wanita, yaitu Dewi Sarah, Siti Zaenab, dan Siti Hafsah.
Dari pernikahannya dengan Dewi Sarah, beliau memperoleh tiga orang anak, yaitu Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.
Baca Juga: Silsilah Keluarga Ganjar Pranowo, Keturunan Sunan Kalijaga Hingga Pernah Ganti Nama
Sedangkan dari pernikahannya dengan Siti Zaenab yang adalah putri dari Sunan Gunungjati, beliau dikaruniai lima orang anak, yaitu Ratu Pembayun, Nyai Ageng Panegak, Sunan Hadi, Raden Abdurrahman, dan Nyai Ageng Ngerang.
Kemudian dari pernikahannya dengan Siti Hafsah yang adalah anak dari Sunan Ampel, nama putranya belum diketahui dengan pasti.
Sunan Kalijaga meninggal di Desa Kadilangu, dekat kota Demak, Jawa Tengah pada tahun 1513 dan dimakamkan di sana.
Mencuri Demi Rakyat
Raden Mas Syahid merasa prihatin dengan kondisi masyarakat di sekitarnya ketika dia masih muda.
Dia pun memilih untuk menjadi pencuri dan melakukan aksi pertamanya di gudang milik kadipaten sendiri.
Dia mengambil berbagai macam bahan makanan dari gudang dan membaginya secara rahasia kepada rakyat yang memerlukan setiap malam.
Rakyat tidak tahu darimana asal bahan makanan itu, tapi kejadian ini berlangsung terus selama beberapa lama.
Melansir Gramedia.com, mereka lalu memberi nama “Maling Cluring” kepada orang yang melakukannya.
Maling Cluring artinya pencuri yang tidak mencuri untuk dirinya sendiri, tapi untuk diberikan kepada orang-orang miskin yang butuh.
Aksi Raden Mas Syahid lancar di awal, tapi tupai terus melompat pasti akan jatuh juga.
Baca Juga: Ramalan Sunan Kalijaga Tentang Akhir Zaman di Pulau Jawa, Sebagian Sudah Terjadi
Tanpa disadari, penjaga kadipaten mulai curiga dengan tingkah lakunya.
Akhirnya, mereka menangkap Raden Mas Syahid saat sedang beraksi dan membongkar rahasia di balik fenomena “Maling Cluring” yang banyak dibahas oleh masyarakat.
Setelah tertangkap, Raden Syahid dihukum untuk meninggalkan wilayah Kadipaten Tuban. Namun, hukuman ini tidak membuat Raden Syahid berubah pikiran.
Raden Mas Syahid terus berjalan sesuai dengan arah kakinya sampai dia tiba di hutan Jatiwangi, daerah Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Di hutan ini dia bertemu dengan Sunan Bonang.
Setelah bertemu dengan Sunan Bonang, Raden Mas Syahid akhirnya sadar bahwa kebenaran yang dia anut bukanlah kebenaran yang sejati.
Dari Sunan Bonang, dia belajar bahwa kebenaran yang sejati adalah kebenaran yang dilakukan dengan benar dan membawa manfaat kepada siapa saja.
Raden Mas Syahid mengakui bahwa perbuatannya adalah salah.
Peduli pada rakyatnya memang sikap yang baik, tapi karena caranya salah, peduli itu menjadi salah juga.
Setelah melihat ilmu agama dan kebijaksanaan Sunan Bonang, timbul keinginan di hati Raden Syahid untuk belajar darinya.
Maka, Sunan Bonang menjadi guru pertama Raden Syahid.
Demikianlah artikel yang menjelaskanapa peristiwa yang terjadi sehingga membuat Raden Said kembali menuju kebenaran. Semoga bisa menambah wawasan Anda.