Intisari-online.com - Ratu Kalinyamat adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jepara, Jawa Tengah.
Ia dikenal sebagai wanita tangguh, bijaksana, dan pemberani yang berhasil membangun kerajaan maritim yang ditakuti oleh bangsa penjajah.
Ratu Kalinyamat lahir dengan nama Ratna Kencana pada abad ke-16. Ia adalah putri ketiga dari Sultan Trenggana, raja Demak yang terkenal dengan ekspansi wilayahnya.
Ia menikah dengan Pangeran Hadiri, putra dari Sultan Ali Mukhayat Syah dari Aceh, yang diberi gelar Pangeran Kalinyamat setelah menetap di Jepara.
Pada tahun 1549, Pangeran Kalinyamat meninggal dunia karena dibunuh oleh utusan Arya Penangsang, adipati Jipang yang ingin merebut takhta Demak.
Ratu Kalinyamat berhasil melarikan diri dan menggantikan suaminya sebagai penguasa Jepara. Ia juga terlibat dalam perang saudara Demak yang berakhir dengan kemenangan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, pendiri Kesultanan Pajang.
Penguasa Jepara
Sebagai penguasa Jepara, Ratu Kalinyamat memperkuat kekuatan lautnya dengan membangun banyak kapal dan meriam.
Ia juga menjalin hubungan dagang dan diplomasi dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti Aceh, Mataram, Banten, Sunda, Makassar, dan Ternate.
Ia bahkan mengirimkan utusan ke Turki Utsmani untuk meminta bantuan melawan Portugis.
Ratu Kalinyamat juga dikenal sebagai pemimpin yang peduli dengan rakyatnya.
Baca Juga: Sosok Raja Airlangga, Apakah Pemulih atau Pengkhianat Kerajaan Medang?
Kemudian membangun banyak fasilitas umum, seperti masjid, pasar, jembatan, dan bendungan.
Ia juga mengembangkan seni dan budaya Jepara, seperti ukiran kayu, batik, dan wayang. Ia juga mendukung penyebaran agama Islam di wilayahnya.
Perang Melawan Portugis
Salah satu peristiwa yang paling menonjol dalam sejarah Ratu Kalinyamat adalah perang melawan Portugis di Malaka.
Pada tahun 1573, ayah mertuanya, Sultan Ali Mukhayat Syah dari Aceh, meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk mengusir Portugis yang telah menguasai Malaka sejak tahun 1511.
Ratu Kalinyamat pun mengirimkan armada laut Jepara yang besar dan kuat untuk bergabung dengan armada Aceh.
Menurut sumber-sumber sejarah, armada laut Jepara yang dikirim oleh Ratu Kalinyamat terdiri dari 300 buah kapal, 80 di antaranya berbobot 400 ton.
Armada itu mengangkut sekitar 15.000 prajurit yang dilengkapi dengan meriam dan mesiu.
Ratu Kalinyamat sendiri turut serta dalam ekspedisi itu, bersama dengan anak asuhnya, Pangeran Arya, yang kemudian menjadi Sultan Banten.
Perang melawan Portugis di Malaka berlangsung selama beberapa bulan, dengan berbagai pertempuran sengit di laut dan darat.
Baca Juga: Sejarah Hari Ibu Nasional Tanggal 22 Desember: Ini Sosok Yang Menetapkannya
Salah satu pertempuran yang terkenal adalah pertempuran Teluk Nipah, di mana armada Jepara berhasil menenggelamkan kapal-kapal Portugis yang berusaha melarikan diri.
Namun, meskipun berhasil menguasai sebagian besar wilayah Malaka, armada Aceh-Jepara tidak dapat merebut benteng Portugis yang kokoh.
Akhirnya, pada tahun 1575, armada Aceh-Jepara terpaksa mundur karena kehabisan persediaan dan menghadapi serangan balik dari Portugis.
Akhir Hayat
Setelah kembali ke Jepara, Ratu Kalinyamat terus memimpin kerajaannya dengan bijak dan adil.
Ia juga terus menjaga hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain, terutama Aceh dan Banten.
Kemudian wafat pada tahun 1579, dan dimakamkan di Desa Kalinyamatan, Jepara.