Mereka juga tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah Bangladesh atau organisasi internasional seperti UNHCR.
Oleh karena itu, mereka memilih untuk mencari jalan keluar ke negara lain.
- Keraguan akan masa depan. Banyak pengungsi Rohingya yang merasa tidak ada harapan atau solusi bagi masalah-masalah yang mereka hadapi di Myanmar atau Bangladesh.
Mereka khawatir bahwa jika mereka tetap tinggal di sana, mereka akan terus menjadi korban diskriminasi, penindasan, atau bahkan pembunuhan oleh militer Myanmar atau kelompok-kelompok bersenjata Islamis.
Mereka juga takut bahwa jika mereka kembali ke Myanmar, mereka akan menghadapi hukuman mati atau pemerkosaan oleh aparat keamanan.
- Keinginan untuk hidup bebas. Banyak pengungsi Rohingya yang memiliki cita-cita atau impian untuk hidup bebas dari ketidakadilan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh kelompok etnis mereka.
Mereka ingin menikmati hak-hak dasar manusia seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan partisipasi politik.
Mereka juga ingin menjalin hubungan sosial dan budaya dengan masyarakat lokal maupun internasional tanpa adanya rasa takut atau malu.
- Kemurahan hati orang-orang baik. Banyak pengungsi Rohingya yang mendapatkan bantuan moral atau materi dari orang-orang baik baiknya maupun dari organisasi-organisasi sosial seperti nelayan Indonesia, aktivis hak asasi manusia, komunitas agama Kristen Katolik (Gereja Katolik), atau organisasi internasional seperti UNHCR.
Orang-orang baik ini memberikan dukungan finansial maupun non-finansial kepada para pengungsi Rohingya seperti makanan, air bersih, sanitasi, perawatan medis, perlindungan hukum, bimbingan psikologis, pelatihan keterampilan kerja, atau kesempatan pendidikan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR