Karya sastra yang ditulis dengan bahasa-bahasa campuran ini mengandung unsur-unsur Hindu-Buddha dan kebudayaan lokal.
Contohnya adalah Kitab Sutasoma, yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14.
Kitab ini mengisahkan tentang seorang raja yang beragama Buddha, tetapi juga menghormati dewa-dewa Hindu.
Kitab ini juga mengandung ajaran Bhinneka Tunggal Ika, yaitu semboyan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Akulturasi antara Hindu dan kebudayaan lokal juga terjadi dalam bidang kepercayaan.
Agama Hindu tidak menolak kepercayaan animisme dan dinamisme yang sudah ada sebelumnya, melainkan menyesuaikannya dengan konsep-konsep Hindu.
Hal ini menghasilkan kepercayaan sinkretis, yaitu kepercayaan yang menggabungkan unsur-unsur Hindu dengan unsur-unsur lokal.
Contohnya adalah kepercayaan Hindu Kaharingan di Kalimantan, yang menghormati dewa-dewa Hindu seperti Brahma, Wisnu, dan Siwa, tetapi juga percaya pada roh-roh alam dan nenek moyang.
Kepercayaan sinkretis ini juga dapat dilihat dari adat istiadat, ritual, dan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, seperti ngaben, nyepi, odalan, dan tumpengan.
Dari berbagai bukti di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Hindu berkembang melalui proses akulturasi dengan kebudayaan lokal di Indonesia.
Bukti agama hindu berkembang melalui proses akulturasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki sikap yang terbuka, toleran, dan kreatif dalam menerima pengaruh budaya dari luar.
Proses akulturasi ini juga menghasilkan kekayaan dan keragaman budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR