Bukti akulturasi lainnya dapat ditemukan dalam seni rupa, seperti seni pahat dan seni ukir.
Seni pahat dan seni ukir berkembang pesat seiring dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia.
Seni pahat dan seni ukir menghasilkan karya-karya yang menggabungkan unsur-unsur Hindu-Buddha dengan kebudayaan lokal.
Contohnya adalah relief yang terdapat di dinding-dinding candi. Relief ini menggambarkan cerita-cerita Hindu atau Buddha, seperti Ramayana, Mahabharata, Jataka, dan Lalitavistara.
Namun, relief ini juga menampilkan latar belakang kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu, seperti rumah panggung, pakaian, alat musik, binatang, dan tumbuhan.
Relief ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya menerima ajaran Hindu atau Buddha secara pasif, melainkan juga menginterpretasikannya sesuai dengan konteks budaya mereka.
Seni sastra juga merupakan salah satu bidang yang mengalami akulturasi antara Hindu dan kebudayaan lokal.
Seni sastra berkembang dengan menggunakan bahasa Sansekerta, yaitu bahasa yang digunakan oleh agama Hindu dan Buddha.
Bahasa Sansekerta digunakan untuk menulis prasasti, kitab suci, dan karya sastra.
Namun, bahasa Sansekerta tidak menggantikan bahasa-bahasa lokal yang sudah ada, melainkan berbaur dengan bahasa-bahasa tersebut.
Hal ini menghasilkan bahasa-bahasa campuran, seperti Kawi, Jawa Kuno, Melayu Kuno, dan Bali Kuno.
Baca Juga: Dari Pakuan ke Banten, Sejarah Perang dan Penaklukan Kerajaan Pajajaran
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR