Selain itu, tujuannya juga untuk mengajak roh orang yang meninggal untuk kembali ke rumah dan bersiap-siap untuk pergi ke dunia arwah.
- Upacara menempatkan tulang: Tulang-belulang dimasukkan ke dalam Sandung dengan cara ditumpuk atau disusun. Sandung kemudian ditutup dengan pintu kayu yang disebut Pintu Liaw.
Pintu ini dihiasi dengan gambar wajah orang yang meninggal. Sandung kemudian diangkat ke atas tiang tinggi yang disebut Sapundu atau Lumbung.
Sapundu juga dihiasi dengan berbagai simbol dan ornamen, seperti kepala kerbau, tanduk, dan lain-lain.
Baca Juga: Rupanya Inilah Makna dan Sejarah di Balik Tradisi Kebo-keboan di Banyuwangi
- Upacara mengantar roh: Roh orang yang meninggal, yang disebut Liau atau Liaw, diantar ke dunia arwah dengan cara mengadakan pesta rakyat yang disebut Hoyak Tabuik.
Pesta ini diisi dengan berbagai hiburan, seperti musik, tarian, atraksi, dan permainan.
Pesta ini juga diisi dengan pengurbanan hewan, seperti kerbau, sapi, kambing, dan ayam. Hewan kurban diikat di Sapundu dan dikelilingi oleh tamu yang hadir.
Acara kemudian dilanjutkan dengan puncak upacara Tiwah, yaitu menaiki rakit berisi sesaji.
Rakit kemudian dibawa ke sungai atau danau, sebagai simbol perjalanan roh menuju Lewu Tatau atau Lewu Liaw.
Apa Makna Tradisi Tiwah?
Tradisi Tiwah memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Dayak, baik dari segi religius maupun budaya.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR