Rupanya Inilah Makna dan Sejarah di Balik Tradisi Kebo-keboan di Banyuwangi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Makna dan sejarah tradisi Kebo-Keboan di Banyuwangi.
Ilustrasi - Makna dan sejarah tradisi Kebo-Keboan di Banyuwangi.

Intisari-online.com -Tradisi kebo-keboan adalah salah satu tradisi unik yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.

Tradisi ini dilakukan setiap tahun pada bulan Muharram, yaitu bulan pertama dalam kalender Islam.

Dalam tradisi ini, sekelompok orang akan berdandan seperti kerbau, dengan menggunakan kostum yang terbuat dari daun pisang, jerami, dan kulit kayu.

Mereka akan berlari-lari di sekitar desa, sambil mengeluarkan suara-suara keras dan menakutkan.

Mereka juga akan mengejar dan menyerang orang-orang yang berada di jalanan, terutama anak-anak dan perempuan.

Tradisi kebo-keboan memiliki makna dan sejarah yang mendalam bagi masyarakat Banyuwangi.

Menurut salah satu versi, tradisi ini berasal dari zaman Kerajaan Blambangan, yang merupakan kerajaan Hindu terakhir di Jawa.

Pada saat itu, raja Blambangan, yaitu Prabu Menak Jinggo, ingin menikahi Ratu Kencana Wungu, yang merupakan ratu Majapahit.

Namun, ratu menolak lamarannya, karena dia sudah memiliki suami, yaitu Prabu Brawijaya.

Prabu Menak Jinggo pun marah dan menyerang Majapahit dengan pasukannya yang kuat.

Prabu Brawijaya kewalahan menghadapi serangan itu, dan meminta bantuan dari Sunan Kalijaga, salah satu wali yang menyebarkan Islam di Jawa.

Baca Juga: Mengenal 12 Tradisi Unik di Indonesia yang Berhubungan dengan Kematian, Ritual, dan Kecantikan

Sunan Kalijaga pun datang membantu Prabu Brawijaya dengan membawa pasukan yang tidak biasa, yaitu pasukan kebo-keboan.

Pasukan ini terdiri dari orang-orang yang berdandan seperti kerbau, dengan menggunakan kostum yang terbuat dari daun pisang, jerami, dan kulit kayu.

Mereka juga membawa senjata yang terbuat dari bambu dan kayu.

Pasukan kebo-keboan ini berhasil mengecoh dan mengalahkan pasukan Prabu Menak Jinggo, yang mengira mereka adalah kerbau sungguhan.

Dengan demikian, Majapahit pun selamat dari ancaman Blambangan, dan Sunan Kalijaga pun berhasil menyebarkan Islam di Banyuwangi.

Menurut versi lain, tradisi kebo-keboan berasal dari zaman penjajahan Belanda, yang merupakan masa yang sulit bagi masyarakat Banyuwangi.

Pada saat itu, rakyat Banyuwangi harus membayar pajak yang tinggi kepada pemerintah kolonial, dan juga harus menghadapi wabah penyakit yang menyebar.

Untuk mengatasi kesulitan itu, rakyat Banyuwangi pun melakukan tradisi kebo-keboan, yang merupakan bentuk protes dan doa.

Dengan berdandan seperti kerbau, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka adalah rakyat yang kuat dan tangguh, yang tidak takut dengan penjajah.

Dengan berlari-lari di sekitar desa, mereka ingin membersihkan desa dari penyakit dan roh-roh jahat.

Dengan mengejar dan menyerang orang-orang, mereka ingin mengusir kesialan dan membawa keberuntungan.

Baca Juga: Inilah 5 Tradisi Ekstrim yang Bikin Dunia Terkagum-kagum, Cuma Ada di Indonesia!

Tradisi kebo-keboan memiliki nilai-nilai yang penting bagi masyarakat Banyuwangi, yaitu nilai-nilai kebersamaan, keberanian, dan kesuburan.

Dengan melakukan tradisi ini, masyarakat Banyuwangi ingin mempererat tali persaudaraan dan solidaritas antara sesama.

Mereka juga ingin menunjukkan keberanian dan ketahanan mereka dalam menghadapi segala tantangan dan masalah. Selain itu, mereka juga ingin memohon kesuburan bagi tanah dan hasil pertanian mereka, yang merupakan sumber kehidupan mereka.

Tradisi kebo-keboan adalah tradisi yang unik dan menarik, yang menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Banyuwangi.

Tradisi ini menunjukkan kekayaan dan kearifan budaya masyarakat Banyuwangi, yang patut dijaga dan dilestarikan.

Tradisi ini juga menunjukkan identitas dan karakter masyarakat Banyuwangi, yang kuat, tangguh, dan bersahabat.

Artikel Terkait