Mengenal 12 Tradisi Unik di Indonesia yang Berhubungan dengan Kematian, Ritual, dan Kecantikan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Manene merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Toraja.
Ilustrasi - Manene merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Toraja.

Intisari-online.com -Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat.

Setiap daerah memiliki tradisi unik yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur.

Beberapa tradisi unik ini berkaitan dengan kematian, ritual, dan kecantikan, yang menunjukkan cara pandang masyarakat Indonesia terhadap hal-hal tersebut.

Berikut adalah 12 tradisi unik di Indonesia yang berhubungan dengan kematian, ritual, dan kecantikan.

1. Ma'nene: Merawat Jenazah yang Sudah Lama Meninggal

Ma'nene adalah tradisi unik yang dilakukan oleh suku Toraja di Sulawesi Selatan.

Tradisi ini berarti "merawat nenek moyang" dan dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Dalam tradisi ini, keluarga yang masih hidup akan membuka peti mati nenek moyang mereka yang sudah meninggal, membersihkan jenazah, mengganti pakaian, dan berfoto bersama.

Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menghormati nenek moyang dan menjaga hubungan antara yang hidup dan yang mati.

2. Ngaben: Upacara Kremasi Jenazah

Ngaben adalah tradisi unik yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali.

Tradisi ini adalah upacara kremasi jenazah yang bertujuan untuk melepaskan roh dari ikatan duniawi dan membawanya ke alam baka. Dalam tradisi ini, jenazah akan dibawa ke tempat kremasi dengan menggunakan bade, yaitu semacam menara yang dihias dengan berbagai ornamen.

Setelah sampai di tempat kremasi, jenazah akan dimasukkan ke dalam lembu atau naga yang terbuat dari kayu dan kain, lalu dibakar.

Upacara ini biasanya diiringi dengan musik gamelan dan doa-doa.

Baca Juga: 25 Kata-kata Ucapan Hari Menanam Pohon Indonesia 2023 untuk Caption

3. Pasola: Perang Tombak Berkuda

Pasola adalah tradisi unik yang dilakukan oleh suku Sumba di Nusa Tenggara Timur. Tradisi ini adalah perang tombak berkuda yang dilakukan setiap bulan Februari atau Maret.

Dalam tradisi ini, dua kelompok berkuda akan saling melempar tombak yang terbuat dari kayu rotan.

Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memperoleh kesuburan tanah dan kesejahteraan masyarakat.

Tradisi ini juga berkaitan dengan fenomena alam, yaitu munculnya nyale, yaitu semacam cacing laut yang dianggap sebagai pertanda baik.

4. Debus: Atraksi Bela Diri yang Menantang Maut

Debus adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Banten di Jawa Barat.

Tradisi ini adalah atraksi bela diri yang menantang maut, yang melibatkan berbagai aksi ekstrem, seperti menusuk tubuh dengan pisau, memakan kaca, membakar tubuh dengan api, dan lain-lain.

Tradisi ini berasal dari zaman Kesultanan Banten, yang merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di Indonesia.

Tradisi ini bertujuan untuk menunjukkan kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah.

5. Omed-omedan: Festival Ciuman Massal

Omed-omedan adalah tradisi unik yang dilakukan oleh pemuda-pemudi di Desa Sesetan, Denpasar, Bali.

Tradisi ini adalah festival ciuman massal yang dilakukan setiap hari setelah Nyepi, yaitu hari raya Hindu yang merupakan hari diam.

Dalam tradisi ini, pemuda-pemudi akan berdiri berhadapan di tengah jalan, lalu mencium pasangan mereka.

Sementara itu, warga lain akan menyiram mereka dengan air. Tradisi ini dipercaya dapat membawa keberuntungan dan keselamatan bagi pesertanya.

Baca Juga: Tak Hanya di Amerika Serikat, Tradisi Thanksgiving Juga Ada Di Indonesia Bentuknya Sedekah Bumi

6. Ruwatan: Upacara Pembersihan Diri

Ruwatan adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Tradisi ini adalah upacara pembersihan diri yang dilakukan untuk menghilangkan kesialan atau nasib buruk.

Dalam tradisi ini, orang yang ingin ruwatan akan melakukan berbagai ritual, seperti mandi kembang, memotong rambut, memakai pakaian putih, dan membaca mantra.

Salah satu jenis ruwatan yang terkenal adalah ruwatan anak gimbal, yaitu ruwatan untuk anak yang memiliki rambut gimbal, yaitu rambut yang menggumpal dan tidak pernah dipotong.

7. Tedak Siten: Upacara Menginjak Tanah Pertama Kali

Tedak siten adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Tradisi ini adalah upacara menginjak tanah pertama kali yang dilakukan untuk bayi yang berusia tujuh bulan.

Dalam tradisi ini, bayi akan dibawa ke halaman rumah, lalu diletakkan di atas tanah yang ditaburi dengan beras, kacang hijau, kacang merah, dan uang logam.

Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan kemakmuran bagi bayi.

8. Tiwah: Upacara Penguburan Ulang Jenazah

Tiwah adalah tradisi unik yang dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan.

Tradisi ini adalah upacara penguburan ulang jenazah yang dilakukan setelah beberapa tahun jenazah dimakamkan.

Dalam tradisi ini, keluarga yang masih hidup akan menggali kembali jenazah, membersihkan tulang-tulangnya, lalu memindahkannya ke sandung, yaitu semacam peti mati yang diletakkan di atas tiang.

Tujuan dari tradisi ini adalah untuk membebaskan roh dari ikatan duniawi dan membawanya ke lewu tatau, yaitu surga bagi orang Dayak.

Baca Juga: Inilah Kebudayaan Indonesia Yang Sudah Diakui Oleh Dunia Internasional Sebagai Warisan Budaya Dunia

9. Megibung: Tradisi Makan Bersama

Megibung adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Karangasem di Bali.

Tradisi ini adalah tradisi makan bersama yang dilakukan dalam satu piring besar yang berisi berbagai macam makanan.

Dalam tradisi ini, sekelompok orang akan duduk bersila di sekitar piring besar, lalu saling berbagi makanan.

Tradisi ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan antara sesama.

10. Mepandes: Tradisi Meruncingkan Gigi

Mepandes adalah tradisi unik yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali.

Tradisi ini adalah tradisi meruncingkan gigi yang dilakukan untuk anak-anak yang sudah dewasa.

Dalam tradisi ini, enam gigi depan akan digerus dengan menggunakan alat khusus, sehingga menjadi runcing.

Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menghilangkan sifat-sifat buruk, seperti serakah, marah, iri, dan lain-lain, yang dianggap berasal dari gigi.

11. Tabuik: Festival Peringatan Asyura

Tabuik adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman di Sumatera Barat.

Tradisi ini adalah festival peringatan Asyura, yaitu hari kesepuluh bulan Muharram dalam kalender Islam.

Dalam tradisi ini, dua buah tabuik, yaitu replika kuburan Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad, yang gugur dalam perang Karbala, akan dibawa berkeliling kota, lalu dilemparkan ke laut.

Tradisi ini bertujuan untuk mengenang perjuangan Husain bin Ali dan mengharapkan berkah dari Allah.

12. Bau Nyale: Festival Menangkap Cacing Laut

Bau nyale adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Sasak di Lombok.

Tradisi ini adalah festival menangkap cacing laut yang dilakukan setiap bulan Februari atau Maret.

Dalam tradisi ini, ribuan orang akan berkumpul di pantai, lalu menangkap nyale, yaitu cacing laut yang muncul di permukaan air.

Tradisi ini berkaitan dengan legenda Putri Mandalika, yang dikatakan menjadi nyale setelah melompat ke laut untuk menghindari perang antara para pangeran yang mempere

Artikel Terkait