Intisari-online.com - Malam 1 Suro merupakan malam pergantian tahun dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Islam.
Malam ini dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh makna bagi masyarakat Jawa, khususnya yang berasal dari Kerajaan Mataram.
Salah satu tradisi yang dilakukan untuk menyambut malam 1 Suro adalah pensucian pusaka Mataram, yaitu benda-benda bersejarah yang menjadi warisan leluhur dan simbol kekuasaan kerajaan.
Pensucian pusaka Mataram dilakukan dengan cara membersihkan dan merawat benda-benda pusaka seperti keris, tombak, pedang, mahkota, perhiasan, dan lain-lain.
Tujuannya adalah untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para pendahulu yang telah membangun dan mempertahankan kerajaan, serta untuk memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pensucian pusaka Mataram juga merupakan upaya untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah yang menjadi identitas bangsa.
Tradisi pensucian pusaka Mataram dilakukan oleh beberapa keraton yang merupakan pewaris Kerajaan Mataram, seperti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Keraton Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kanoman Cirebon.
Setiap keraton memiliki cara dan ritual tersendiri dalam melakukan pensucian pusaka Mataram. Namun, semuanya dilakukan dengan penuh khidmat dan hormat.
Salah satu contoh pensucian pusaka Mataram adalah kirab pusaka yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat setiap malam 1 Suro.
Kirab pusaka adalah prosesi mengarak benda-benda pusaka dari keraton menuju Masjid Agung Surakarta untuk dibersihkan dan disucikan dengan air khusus.
Kirab pusaka diikuti oleh ratusan abdi dalem keraton yang membawa berbagai macam pusaka seperti keris Kyai Ageng Kopek, tombak Kyai Baru Klinting, pedang Kyai Nogo Siluman, mahkota Kyai Prabu Mataram, dan lain-lain.
Baca Juga: Akibat dan Dampak Penyerahan Wilayah Mataram ke VOC pada Abad ke-18
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR