"Kami sangat khawatir sekarang. Kami tidak ingin pergi ke tempat lain, kami hanya ingin tinggal di negara ini," ucap dia.
Total jendera dalam seminggu terakhir, pengungsi Rohingya sudah tiga kali mendapat penolakan dari warga Aceh.
Pekan lalu, penduduk setempat mencegah sebuah kapal merapat, memaksa beberapa orang Rohingya yang kelelahan untuk berenang ke daratan dan memohon agar mereka mengizinkan sesama penumpang turun.
Jika ditotal semuanya, sudah ada lebih dari 1.000 orang Rohingya telah mendarat di pantai Aceh dalam sepekan terakhir.
Di samping bayi-bayi yang merengek, beberapa anak di pantai terlihar bermain pasir dan membangun istana pada Rabu.
Mereka tampaknya tidak menyadari situasi yang tidak menentu yang terjadi di sekitar merekam.
Pengungsi lain berusaha menutupi wajah mereka dari sinar matahari di atas tanah yang tidak teduh.
Malam sebelumnya, setelah mendarat, kelompok besar itu duduk bersama dalam barisan yang dikelilingi oleh penduduk setempat dan petugas keamanan, dengan hanya senter yang menerangi mereka di tepi pantai.
Alih-alih dibawa ke tempat penampungan, kelompok tersebut, di antaranya 91 perempuan dan 56 anak-anak, dibiarkan berada di atas pasir semalaman tanpa alas tidur.
Rahman mengatakan bahwa para pengungsi tersebut berasal dari berbagai kamp di Bangladesh, dan banyak yang berasal dari Kutupalong, kamp pengungsi terbesar di dunia.
Setelah lebih dari dua minggu berada di lautan, katanya, mesin kapal mereka akhirnya rusak.
Kapal terlihat terombang-ambing di laut.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR