Sejarah Rohingya di Myanmar yang Kedatangannya Ditolak Warga Aceh

Ade S

Editor

Artikel ini membahas sejarah Rohingya di Myanmar, kelompok minoritas muslim yang ditolak oleh warga Aceh saat mencoba mendarat di pantai.
Artikel ini membahas sejarah Rohingya di Myanmar, kelompok minoritas muslim yang ditolak oleh warga Aceh saat mencoba mendarat di pantai.

Intisari-Online.com -Anda mungkin pernah mendengar tentang Rohingya, kelompok minoritas muslim yang mengalami diskriminasi dan penganiayaan di Myanmar.

Namun, apakah Anda tahu bagaimana sejarah Rohingya di Myanmar? Bagaimana mereka bisa bermukim di negara yang mayoritas beragama Buddha itu?

Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengulas sejarah Rohingya di Myanmar dari masa kolonial hingga kemerdekaan.

Anda akan mengetahui latar belakang dan perjuangan Rohingya di Myanmar yang membuat mereka menjadi salah satu kelompok pengungsi terbesar di dunia.

Penolakan warga Aceh

Pantai Gampong Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Bireuen, Aceh menjadi tempat berkumpulnya sejumlah warga sejak Kamis (16/11/2023) pagi.

Mereka tidak mengizinkan kapal pengangkut pengungsi Rohingya untuk mendarat di pantai.

Kapal kayu yang panjangnya 50 meter itu tampak terhempas ombak beberapa meter dari bibir pantai.

Ratusan pengungsi yang ada di kapal kayu itu meminta tolong dengan melambaikan tangan.

Namun warga menolaknya dengan gerakan yang menyuruh pengungsi pergi dari pantai.

Beberapa warga yang berbaik hati mencoba membantu pengungsi dengan memberikan beras dan mi instan.

Baca Juga: Etnis Rohingya Datang Minta Izin Mendarat, Kenapa Warga Aceh Menolak Mereka?

Warga menggunakan boat untuk mengantarkan bantuan itu ke kapal kayu pengungsi Rohingya.

Namun pengungsi tidak menerima bantuan itu dan malah membuangnya ke laut.

Mereka menggunakan bahasa isyarat untuk menyatakan bahwa yang mereka butuhkan bukan bantuan, tapi izin untuk mendarat.

Warga yang melihat bantuan dibuang ke laut tetap bersikeras untuk tidak membiarkan pengungsi mendarat ke pantai.

Mukhtar, Keuchik Pulo Pineung Meunasah Dua/Kuala Pawon, Jangka, mengatakan, alasan masyarakat menolak imigran Rohingya adalah karena takut mereka akan menimbulkan banyak masalah.

SejarahRohingya di Myanmar

Melansir Kompas.com,Rohingya mulai bermukim di Myanmar sejak abad ke-7. Mereka berasal dari India yang berdatangan ke Rakhine, yang dulu dikenal sebagai Arakan.

Rakhine adalah wilayah yang berada di barat Myanmar dan berbatasan dengan Teluk Benggala (Bay of Bengal). Di seberang Rakhine, terdapat Benggala, India.

Rakhine memiliki posisi yang strategis sebagai pusat perdagangan dan pintu gerbang masuk ke Myanmar.

Banyak pedagang dari seluruh dunia yang berkunjung ke Teluk Benggala dan Rakhine. Di antara mereka, ada pedagang muslim dari Arab.

Dari sinilah etnis Rohingya terbentuk dari keturunan pedagang Arab yang menetap di sana dan muslim dari Benggala.

Baca Juga: Mengenal Asal-Usul Etnis Rohingya Yang Baru Saja Ditolak Oleh Warga Aceh

* Masa Kolonial Inggris

Dari tahun 1824–1886, India dan Myanmar (Burma) berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris.

Imigran Benggali dibawa oleh Inggris dari Wilayah Chittaging yang bersebelahan dengan Burma bagian barat untuk menggarap lahan Arakan yang subur.

Kebijakan Inggris ini mempengaruhi kaum Benggali dan Rohignya di Burma.

Muslim Rohingya menjadi mayoritas di beberapa kota besar seperti Rangoon, Akyab, Bassein, dan Moulmein karena kebijakan Inggris.

Namun, etnis mayoritas Burma yang tunduk pada Inggris merasa terganggu dengan imigrasi massal tersebut.

Muslim Rohingya diusir oleh etnis mayoritas Burma dan terpaksa mengungsi ke Burma bagian utara.

* Masa kedudukan Jepang

Pada tahun 1942 hingga 1943, Jepang menyerbu Burma dan mengalahkan Inggris.

Daerah yang dikuasai Inggris termasuk daerah Muslim Rohingya jatuh ke tangan Jepang

Muslim Rohingya mengalami diskriminasi dari Jepang sebagai akibatnya.

Inggris tidak menyerah dan melancarkan serangan gerilya yang disebut V Force untuk merebut kembali Burma dari Jepang.

Muslim Rohingya berperan penting dalam proses kemerdekaan Burma dengan memberontak melawan Jepang.

* Masa Kemerdekaan Burma

Konferensi London diadakan pada Oktober 1947 untuk membicarakan kemerdekaan Burma.

Hasil dari konferensi tersebut, Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada Pemerintah Burma pada 4 Januari 1948.

Aung San yang terpilih sebagai pemimpin Anti-Fascist People's Freedom League (AFPFL) meninggal dunia karena ditembak oleh lawan politiknya sebelum kemerdekaan Burma.

Wakil presiden AFPFL, U Nu menggantikan Aung San sebagai perdana menteri Burma.

Menurut buku Burma Yang Penuh Pergolakan (2011), pemerintah pusat Burma di Rangoon dan Burma sangat mengatur kepentingan politik dari komunitas Muslim maupun Buddha.

Komunitas Muslim di Burma tidak pernah mendapatkan jaminan status sebagai warga negara bagian.

Padahal, empat kursi dalam parlemen telah diberikan kepada umat Islam di Burma.

Perdana Menteri U Nu mengecewakan Muslim Rohingya di awal kemerdekaan Burma karena warga Muslim tidak dimasukkan dalam kategori kelompok minoritas pada draf konstitusi Burma.

Padahal sesuai AFPFL, semua Muslim Burma diperlakukan sama dengan etnis Burma lainnya.

Namun, kebijakan tersebut tidak memberikan jaminan bagi umat Muslim.

Sejarah Rohingya di Myanmar adalah sejarah yang penuh dengan konflik, diskriminasi, dan penganiayaan. Namun, tidak semua negara bersedia menerima mereka dengan baik. Seperti yang terjadi di Aceh, di mana warga menolak kedatangan kapal pengungsi Rohingya.

Baca Juga: Dari Kremasi Paksa Jenazah Muslim Korban Covid-19 Hingga Tutup Madrasah, Negara Ini Menjelma Jadi Sangat Anti-Muslim dalam 2 Tahun, Ini Pemicunya

Artikel Terkait