Baca Juga: Deskripsi tentang Berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Sumatera
Sekaten adalah sebuah tradisi yang telah ada sejak zaman Kerajaan Demak, yaitu kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.
Ritual Sekaten diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad.
Ada beberapa pendapat tentang asal usul kata Sekaten. Beberapa berpendapat bahwa Sekaten berasal dari kata sekati, yang merupakan nama seperangkat gamelan dari zaman Majapahit.
Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa istilah Sekaten berasal dari bahasa Arab, syahadatain, yang merupakan kalimat untuk menyatakan seseorang telah memeluk agama Islam.
3) Senjata Rencong
Rencong adalah senjata pusaka Aceh yang menjadi simbol keberanian dan kepahlawanan sejak abad ke-16.
Pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, hampir setiap rakyat Aceh membawa rencong di pinggang mereka sebagai perlambang keberanian dan keperkasaan.
Rencong memiliki tingkatan yang mencerminkan strata masyarakat, mulai dari sarung dan belati terbuat dari gading dan emas untuk raja/sultan dan ratu/sultanah, hingga tanduk kerbau atau kayu dan kuningan atau besi putih untuk masyarakat biasa.
Ada 5 jenis rencong yang dikenal di Aceh, yaitu Rencong Meucugek, Rencong Pudoi, Rencong Hulu Puntong, Rencong Meukure, dan Rencong Meupucok.
4) Hiasan Kepala Tangkulok
Tangkulok merupakan hiasan kepala yang diperkirakan muncul pada masa Kesultanan Aceh, yang berbentuk seperti lidah dipakai oleh para penari Seudati.
Hiasan kepala tangkulok terinspirasi dari bentuk elegan ekor burung balam. Bentuk ekor burung balam yang demikian indah sangat cocok untuk pria agar terlihat lebih tangguh dan bijaksana. Tangkulok terbuat dari selembar kain yang dilipat tanpa sambungan.
Di masa lalu, tangkulok dijahit dengan tangan tanpa menggunakan pola. Untuk mengikat bagian ujungnya, cukup dengan menggunakan jahitan tangan.
Kehadiran tangkulok tanpa teknik gunting-sambung menunjukkan keistimewaan dari kain tersebut. Seperti pertunjukan Seudati yang memiliki filosofi untuk mempersatukan, tangkulok juga mengandung filosofi demikian.
Demikianlah artikel tentang hasil interaksi budaya pada masa Kerajaan Islam di Indonesia. Semoga kita bisa terus melestarikannya.
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
KOMENTAR